Minggu, 29 November 2015

Pengembangan Tujuan Kurikulum




Berdasarkan kajian tujuan, dpat dikelompokkan tujuan ke dalam tiga macam, yaitu :

  • Tujuan jangka panjang (long term objectives – aims)

  • Tujuan antara – perantara (intermediate objective – goals)

  • Tujuan segera (immediate objective – specific objectives)

Tujuan umum pendidikan nasional jelas hanya dapat dicapai setelah melalui proses pendidikan jangka panjang, sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikuti. Sebagai perantaranya adalah tujuan sekolah dan kurikulum sekolah yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan kurikulum sekolah itu dilaksanakan proses belajar mengajar, yang juga mempunyai tujuan. Tujuan ini dapat segera dicapai setelah selesai proses belajar mengajar.
Penggologan tujuan sebagaimana dikemukakan itu, tidak dimaksudkan untuk membuat pembedaan. Ini dilakukan untuk memudahkan kajian, sehingga dapat dihasilkan suatu pmbahasan yang lebih terurai. Sebab pada hakikatnya suatu jenis tujuan yang lebih sempit atau lebih khusus merupakan penjabaran dan langkah untuk mencapai tujuan yang lebih umum di atasnya. Jadi, apa yang akan dicapai dari proses pendidikan adalah tujuan umum, melalui tujuan khusus.

Tujuan Pendidikan Nasional
Bila dikaji lebih jauh makna dari tujuan pendidikan nasional masih bersifat umum. Keumuman itu sendiri seringkali membawa kekaburan dalam pelaksanaan. Mengenai tujuan pendidikan nasional, jelaslah bahwa sumber dan acuannya adalah pancasila. Sebagaimana diketahui bahwa rumusan resmi Pancasila adalah :

  1. Keutuhan Yang Maha Esa 
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yag dipimpin dalam hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Untuk menghindari berbagai dampak negatif  berbagai dampak negatif dari munculnya aneka ragam tafsiran Pancasila, digunakan tafsiran resmi sebagaimana ditetapkan oleh MPR nomor II/MPR/1978 dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Dengan adanya P4 sebagai tafsiran resmi Pancasila yang dijadikan acuan terjabar dari landasan pendidikan Pancasila, masalah kita mengenai tujuan pendidikan nasional belum selesai sampai disitu.
Tujuan Sekolah dan Tujuan Kurikulum
Tujuan mempunyai hubungan, juga menjadi acuan dalam mengembangkan komponen – komponenkurikulum lain. Bila suatu rumusan tujuan itu masih menggambarkan sesuatu yang bersifat umum, sulit untuk dijadikan acuan pengembangan komponen  kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum atau tujuan bidang studi menggambarkan bentuk pengetahuan, ketrampilan dan sikap berhubungan dengan bidang – bidang studi dalam kurikulum sekolah. Setiap bidang studi mempunyai tujuan masing – masing yang berbeda dengan bidang studi lain. Tujuan ini menjadi acuan dari bentuk – bentuk pengalaman belajar yang dicapai siswa setelah mempelajari bidang studi tersebut pada jenjang pendidikan tertentu. Oleh karena itu tujuan semacam ini dapat memberikan tuntutan kepada pelaksanaan kurikulum sekolah tentang bahan apa yang dapat dikembangkan dan disajikan.
Tujuan Pengajaran Umum dan Khusus
Rumusan tujuan harus menggambarkan bentuk hasil belajar yang ingin dicapai siswa melalui proses pengajaran yang dilaksaakan. Hasil belajar yang diiginkan dari siswa berupa munculnya perubahan perilaku. Benjamin S Bloom, dan kawan – kawan (1956) membuat klasifikasi bentuk prilaku hasil belajar ke dalam tiga macam. Bloom, dkk menamakan cara mengklasifikasi itu dengan  “The taxonomy of educational objectives”. Taksonomi tujuan pendidikan terdiri dari tiga domein (daerah) yaitu :

  • Domein kognitif pengetahuan

  • Domein afektif sikap

  • Domein psikomotor ketrampilan

Domein kognitif berkenaan dengan prilaku yang berhubungan dengan berfikir, mengetahui dan pemecahan masalah. Domein ini mempunyai enam tingkatan. Tingkatan yang paling rendah menunjukkan kemampuan yang sederhana, sedangkan yang paing  tinggi menunjukkan kemampuan yang kompleks – rumit.

Urutan kemampuan itu mulai dari yang terendah adalah
·         Pengetahuan
·         Pemahaman
·         Penerapan
·         Analisis
·         Sintesis
·         Evaluasi

Domein afektif berkaitan dengan sikap, nilai – nilai, interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian. Tingkatan afeksi ada lima, dari yang sederhana ke yang kompleks. Urutan tingkatan itu dari yang paling sederhana adalah

  1. Kemauan menerima 
  2. Kemauan menanggapi 
  3. Berkeyakinan 
  4. Penerapan karya 
  5. Ketekunan dan ketelitian

Domein psikomotor mencakup tujuan berkaitan dengan ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Sebagaimana kedua domein yang lain, domein ini juga mempunyai berbagai tingkatan. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana (terendah) sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah sebagai berikut :

  1. Persepsi 
  2. Kesiapan melakukan suatu kegiatan
  3. Mekanisme 
  4. Respons terbimbing 
  5. Kemahiran 
  6. Adaptasi 
  7. Organisasi

Sumber – Sumber Perumusan Tujuan
Ralph W.Tyler (1970) mengemukakan saran – saran dalam penggunaan sumber perumusan tujuan kurikulum, yaitu :

  1. Kebutuhan siswa baik yang besifat individu maupun sosial 
  2. Tuntutan kehidupan yang bersifat kontemporer 
  3. Saran berbagai ahli dari berbagai cabang ilmu pengetahuan

Sedangkan menurut Smithville sendiri sumber tujuan kurikulum diantaranya :

  1. Kesehatan 
  2. Hubungan sosial termasuk di dalam keluarga, dengan teman dan kenalan 
  3. Hubungan sosio-civics, termasuk di lingkungan sekolah dan masyarakat 
  4. Konsumsi
  5. Jabatan atau pekerjaan 
  6. Rekreasi

Pengembangan dan Perumusan Tujuan Kurikulum
Tujuan dapat diperoleh dari hasil studi tentang siswa itu sendiri, tuntutan kehidupan dan atau saran dari ara ahli bidang studi. Untuk dapat mengembangkan tujuan sehingga menghasilkan rumusan yang baik, perancang atau pengembang kurikulum harus menggunakan landasan filosofis, psikologis dan sosiologis sebagaimana telah diuraikan pada bab pertama.

Filsafat Pendidikan Pragmatisme



“ Filsafat Pendidikan Pragmatisme “

Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti tindakan atau perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu, kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Dengan demikian patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya mambawa akibat praktis. Misalnya pengalaman pribadi dan mistis akan dapat diterima asalkan itu semua bersifat praktis. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran terlebih yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat barat dalam sejarah. Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, yang mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual, konkret dan terpisah satu sama lain.
Sedangkan menurut kamus ilmiah populer, pragmatisme adalah aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat-akibat yang memuaskan. Dengan demikian, pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankanbahwa pemikiran itu menuruti tindakan.
Filsafat pendidikan Pragmatisme disebut juga sebagai filsafat Amerika asli yang tumbuh sekitar abad ke 19 hingga awal 20. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme inggris, yang berpendapat bahwa  manusia dapat mengetahui apa yang manusia alami. William James mengatakan bahwa secara ringkas pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui. Untuk mengukur kebenaran suatu konsep, kita harus mempertimbangkan apa konsekuensi logis penerapan konsep tersebut. Keseluruhan konsekuensi itulah yang merupakan pengertian konsep tersebut.
Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan awal yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui aliran pragmatisme, yaitu :
a.       Menolak segala intelektualisme
b.      Absolutisme
c.       Meremehkan logika formal
Berbicara tentang aliran-aliran filsafat, pasti tidak akan terlepas dari siapa saja pencetus atau ahli yang terkait didalamnya. Berikut ini adalah para ahli filsafar dalam aliran Pragmatisme ini, yaitu sebagai berikut :
a.       William James
b.      John Dewey
c.       Charles Sanders Peirce
d.      George Herbert Mead

a.       Asal-usul
Asal-usul Filsafat Pendidikan Pragmatisme yang saya ketahui adalah sebagai berikut :
            Pragmatisme sebagai suatu gerakan dalam filsafat yang lahir pada akhir abad ke-19 di Amerika. Karena itu sering dikatakan bahwa pragmatisme merupakan sumbangan yang paling orisinal dari pemikiran Amerika terhadap perkembangan filsafat dunia. Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan awal yang sama. Pragmatisme dilahirkan dengan tujuan untuk menjebatani kedua kecenderungan berbeda yang ada pada saat itu yakni penantangan yang terjadi antara “yang spekulatif” dan “yang praksis”. Tradisi pemikiran yang spekulatif bersumber dari warisan filsafat rasionalistik Descartes dan berkembang melalui idealisme kritis dari Kant, idealisme absolut Hegel serta sejumlah pemikir rasionalistik lainnya. Warisan ini memberikan kepada rasio manusia kedudukan yang terhormat karena memiliki kekuatan instrinsik yang besar. Warisan ini pulalah yang telah mendorong para filsuf dan ilmuwan-ilmuwan membangun teori-teori yang menggunakan daya nalar spekulatif rasio untuk mengerti dan menjelaskan alam semesta. Akan tetapi dipihak lain ada juga warisan pemikiran yang hanya begitu menekankan pentingnya pemikiran yang bersifat praksis semata (empirisme). Bagi kelompok ini, kerja rasio tidak terlalu ditekankan sehingga rasio kehilangan tempatnya. Rasio kehilangan kreativitasnya sebagai instrumen khas manusiawi yang mampu membentuk pemikiran dan mengarahkan sejarah. Hasil dari model pemikiran ini yakni munculnya ilmu-ilmu terapan termasuk didalamnya yakni ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal ini mengungkapkan bahwa secara filosofi, pragmatisme berusaha untuk menjebatani dua aliran filsafat tradisional ini. Atas salah satu cara pragmatisme menyetujui apa yang menjadi keunggulan dari empirisme.   

b.      Metode
Metode yang digunakan dalam filsafat pendidikaan pragmatisme ini ialah metode aktif, yaitu :
a.       metode learning by doing (belajar sambil bekerja)
b.      metode pemecahan masalah (problem solving method)
c.       metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method)
            Metode tersebut membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama dan bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan cita-cita yang diimpikan dapat tercapai.

c.       Nilai
Nilai yang terkandung dalam filsafat pendidikan pragmatisme ini kerap dianggap sebagai pendidikan yang mencanangkan nilai-nilai demokrasi dalam ruang pembelajaran sekolah. Karena penddidikan bukan ruang yang terpisah dari sosial, setiap orang dalam suatu masyarakat juga diberi kesempatan untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pendidikan yang ada. Keputusan-keputusan tersebut kemudian mengalami evaluasi berdasarkan situasi-situasi sosial yang ada. Pragmatisme mengemikakan pendangannya tentang nilai, bahwa nilai itu relatif. Kaidah-kaidah moral dan etik tidak tetap melainkan selalu berubah, seperti perubahan kebudayaan masyarakat dan lingkungannya. Pragmatisme menyarankan untuk menguji kualitas nilai dengan cara yang sama seperti kita menguji kebenaran pengetahuan dengan metode empiris. Nilai maupun etis akan dilihat dari perbuatannya, bukan dari segi teorinya. Jadi pendekatan terhadap nilai adalah cara empiris berdasarkan pengalaman-pengalaman manusia, khususnya kehidupan sehari-hari . pragmatisme tidak menaruh perhatian terhadap nilai-nilai yang tidak empiris, seperti nilai supernatural, nilai universal, bahkan termasuk nilai-nilai agama.
Menurut pragmatisme, kita harus mempertimbangkan perbuatan manusia dengan tidak memihak dan secara ilmiah memiliki nilai-nilai yang tampaknya memungkinkan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi manusia. Nilai-nilai itu tidak akan dipaksakan dengan kekuatan apapun kepada kita untuk diterimaanya. Nilai-nilai itu akan disetujui setelah diadakan diskusi secara terbuka yang didasarkan atas bukti-bukti empiris dan objektif.

d.      Manfaat
Manfaat Filsafat Pendidikan Pragmatisme adalah sebagai berikut :
a.       Dalam dunia pendidikan, aliran ini berfungsi untuk memberikan pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup sosial dan pribadi


b.      Dari segi Kedudukan siswa, kedudukan siswa dalam pendidikan pragmatisme merupakan suatu organisasi yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh
c.       Dari segi kurikulum, kurikulum pendidikan pragmatis berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Demikian pula minat dan kebutuhan siswa yang dibawa kesekolah dapat menentukan kurikulum. Guru menyesuaikan bahan ajar sesuai dengan minat dan kebutuhan anak tersebut.
d.      Manfaat dari aliran ini juga kita akan memperoleh kepraktisan dalam teori-teori yang terdapat dalam aliran ini
e.       Tujuan pendidikan menurut pragmatisme selalu bersifat temporer, dan tujuan merupakan alat untuk bertindak. Jika suatu tujuan telah dicapai, maka hasil tujuan akan menjadi alat untuk mencapai tujuan berikutnya, demikian seterusnya, karena pragmatisme tidak mengenal tujuan akhir, dan yang ada adalah tujuan antara.
f.       Menumbuhkan jiwa yang aktif dan kreatif; membentuk jiwa yang bertanggung jawab; sosial; dan mengembangkan pola pikir eksploratif yang mandiri kepada anak. Dengan tujuan tersebut pola perkembangan anak akan berjalan sesuai dengan pilihan hidup yang telah direncanakan.
g.      Mendewasakan anak menjadi manusia yang mandiri, bertanggung-jawab, dan dapat memecahkan persoalan hidupnya sendiri

KEARIFAN LOKAL DI BANTEN


KEARIFAN LOKAL DI BANTEN
Kearifan lokal terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) yang berarti kebijaksanaan dan lokal (local) berarti tempat. Kearifan lokal adalah suatu kegiatan atau budaya yang terdapat pada suatu tempat yang mana masyarakat pada suatu tempat tersebut meyakini dan melakukan apa yang menjadi hal yang sudah turun-temurun tersebut.
Kearifan lokal pada suatu daerah tentulah berbeda-beda, hal ini disebabkan karena pada setiap daerah memiliki kerifan lokal yang berbeda dari daerah satu dengan daerah yang lainnya yang mana perbedaan ini didasarkan pada latar belakang, suku budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda pula. Jangankan didaerah lain, terkadang diprovinsi kecil seperti provinsi banten ini pun memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Di dalam provinsi banten ini terdapat beberapa kota/kabupaten yang ada di dalamnya, yaitu kota Serang, Cilegon, Pandeglang, Tangerang dan Tangerang Selatan. Serta kabupaten yang meliputi kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tengerang. Semua kota/kabupaten tersebut memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda karena pada keempat kota/kabupaten tersebut masing-masing memiliki suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda pula.
Seperti yang kita ketahui bahwa di provinsi Banten yang tidak begitu luas ini memiliki sekumpulan kelompok yang masih memiliki karifan lokal yang sangat kuat. Yaps benar sekali, Badui.
Badui adalah salah satu suku yang masih memegang teguh akan kebudayaan dan tradisi dari nenek moyang mereka yang hinga saat ini masih mereka lakukan tanpa sedikitpun mereka ubah. Bagi mereka menjaga kearifan lokal adalah hal yang sangat mutlak dilakukan karena mereka menganggap bahwa menjaga kearifan lokal adalah sebagai bentuk syukur mereka terhadap alam dan lingkungannya. Berdasarkan salah satu situs pemerintahan yang saya baca, Kearifan lokal yang mereka jaga hingga saat ini ialah dengan cara berladang yang masih mengandalkan alam dalam proses peladangan mereka, mereka hanya mengandalkan hujan dalam proses irigasi ladang mereka tanpa membuat suatu sistem irigasi buatan atau menggunakan air sungai dalam irigasi mereka. Mereka memiliki larangan tersendiri apabila irigasi buatan di buat dalam sistem perladangan mereka, mereka juga menganggap bahwa ini adalah salah satu cara untuk menghargai alam.
Kearifan lokal dikota lain misalnya kota Cilegon dan Serang ialah ketika sedang memperingati hari besar umat muslim, contohnya maulid Nabi Muhaammad SAW. Maulid Nabi ialah suatu peringatan dimana pada bulan Rabbiul Awal diperingati hari/bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Di bulan tersebut masyarakat muslim dikota serang dan cilegon beramai-rami ikut memeriahkan peringatan tersebut dengan cara ikut Dzikir dan membuat suatu sedekah yang dibuat secara unik yakni “panjang”.

Panjang ialah suatu benda yang didalamnya berisi suatu sedekah berupa lauk pauk atau sandang dan pangan atau bahkan sembako yang di bentuk menyerupai suatu bentuk misalnya masjid, kapal, pesawat terbang, rumah, binatang besar dan lain-lain. Tidak semua daerah dikota provinsi banten ini melakukan hal tersebut. Akan tetapi di kota serang dan cilegon hal ini sungguh tidak asing lagi. Ini juga yang membuat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi menarik. Kegiatan ini bukan semata-mata untuk kesenangan atau syarat tertentu saja, akan tetapi ini adalah sebagai bentuk syukur kami kepada Nabi umat muslim tersebut dengan cara bersedekah. Karena “panjang” yang kita buat pada akhirnya akan dibagikan keseluruh warga yang membutuhkan akan isi dari “panjang” itu sendiri. Pembuatan “panjang” dalam peringatan ini bersifat tidak wajib, artinya siapapun dapat membuat “panjang”. Hal seperti ini jugalah yang membedakan kota Cilegon/Serang dengan kota-kota lainnya khususnya di Banten.