Minggu, 29 November 2015

KEARIFAN LOKAL DI BANTEN


KEARIFAN LOKAL DI BANTEN
Kearifan lokal terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) yang berarti kebijaksanaan dan lokal (local) berarti tempat. Kearifan lokal adalah suatu kegiatan atau budaya yang terdapat pada suatu tempat yang mana masyarakat pada suatu tempat tersebut meyakini dan melakukan apa yang menjadi hal yang sudah turun-temurun tersebut.
Kearifan lokal pada suatu daerah tentulah berbeda-beda, hal ini disebabkan karena pada setiap daerah memiliki kerifan lokal yang berbeda dari daerah satu dengan daerah yang lainnya yang mana perbedaan ini didasarkan pada latar belakang, suku budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda pula. Jangankan didaerah lain, terkadang diprovinsi kecil seperti provinsi banten ini pun memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Di dalam provinsi banten ini terdapat beberapa kota/kabupaten yang ada di dalamnya, yaitu kota Serang, Cilegon, Pandeglang, Tangerang dan Tangerang Selatan. Serta kabupaten yang meliputi kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tengerang. Semua kota/kabupaten tersebut memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda karena pada keempat kota/kabupaten tersebut masing-masing memiliki suku, bahasa, budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda pula.
Seperti yang kita ketahui bahwa di provinsi Banten yang tidak begitu luas ini memiliki sekumpulan kelompok yang masih memiliki karifan lokal yang sangat kuat. Yaps benar sekali, Badui.
Badui adalah salah satu suku yang masih memegang teguh akan kebudayaan dan tradisi dari nenek moyang mereka yang hinga saat ini masih mereka lakukan tanpa sedikitpun mereka ubah. Bagi mereka menjaga kearifan lokal adalah hal yang sangat mutlak dilakukan karena mereka menganggap bahwa menjaga kearifan lokal adalah sebagai bentuk syukur mereka terhadap alam dan lingkungannya. Berdasarkan salah satu situs pemerintahan yang saya baca, Kearifan lokal yang mereka jaga hingga saat ini ialah dengan cara berladang yang masih mengandalkan alam dalam proses peladangan mereka, mereka hanya mengandalkan hujan dalam proses irigasi ladang mereka tanpa membuat suatu sistem irigasi buatan atau menggunakan air sungai dalam irigasi mereka. Mereka memiliki larangan tersendiri apabila irigasi buatan di buat dalam sistem perladangan mereka, mereka juga menganggap bahwa ini adalah salah satu cara untuk menghargai alam.
Kearifan lokal dikota lain misalnya kota Cilegon dan Serang ialah ketika sedang memperingati hari besar umat muslim, contohnya maulid Nabi Muhaammad SAW. Maulid Nabi ialah suatu peringatan dimana pada bulan Rabbiul Awal diperingati hari/bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Di bulan tersebut masyarakat muslim dikota serang dan cilegon beramai-rami ikut memeriahkan peringatan tersebut dengan cara ikut Dzikir dan membuat suatu sedekah yang dibuat secara unik yakni “panjang”.

Panjang ialah suatu benda yang didalamnya berisi suatu sedekah berupa lauk pauk atau sandang dan pangan atau bahkan sembako yang di bentuk menyerupai suatu bentuk misalnya masjid, kapal, pesawat terbang, rumah, binatang besar dan lain-lain. Tidak semua daerah dikota provinsi banten ini melakukan hal tersebut. Akan tetapi di kota serang dan cilegon hal ini sungguh tidak asing lagi. Ini juga yang membuat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi menarik. Kegiatan ini bukan semata-mata untuk kesenangan atau syarat tertentu saja, akan tetapi ini adalah sebagai bentuk syukur kami kepada Nabi umat muslim tersebut dengan cara bersedekah. Karena “panjang” yang kita buat pada akhirnya akan dibagikan keseluruh warga yang membutuhkan akan isi dari “panjang” itu sendiri. Pembuatan “panjang” dalam peringatan ini bersifat tidak wajib, artinya siapapun dapat membuat “panjang”. Hal seperti ini jugalah yang membedakan kota Cilegon/Serang dengan kota-kota lainnya khususnya di Banten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar