Minggu, 29 November 2015

JURNAL FILSAFAT




Bagi seorang guru, sebagai manusia ia harus mewakili filsafat dan pandangan hidup yang menentukan tingkah laku perbuatannya dan menilai tingkah laku perbuatan orang lain. Sebagai seorang guru minimal harus mengerti filsafat dan ilmu filsafat, ilmu filsafat pendidikan, hubungan antara keduanya dan hubungan dengan filsafat negara dan ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis normatif, serta hubungan antara filsafat pendidikan dan sistem pendidikan maupun cabang-cabang ilmu pengetahuan lain.
Sistematika pembahasan dibagi menjadi tiga, yaitu pengertian filsafat, filsafat sebagai metode berpikir, dan filsafat pendidikan.
A.  PENGERTIAN FILSAFAT
1.      Pengertian filsafat ditinjau secara etimologis (asal usul bahasa)
Menurut penyelidikan Dr.Oemar Hoesin istilah filsafat tidak berakar dalam bahasa Arab. Pengertian filsafat dalam bahasa Arab menggunakan istilah “hikmah-hikmah dan bijaksana”. Istilah filsafat menurut Dr. A.C. Ewing timbul dalam aslinya dari ucapan Pitagoras menjadi ragu-ragu. Sehubungan dengan uraian dari Dr. A.C. Ewing, Dagohert D. Runes menerangkan bahwa filsafat berasal dari kata bahasa Yunani “philein” dan “sophia”. Philein artinya mencintai, sedangkan sophia berarti bijaksana. Oleh karena itu, filsafat bukan kebijaksanaan itu sendiri tapi cinta akan kebijaksanaan.
Dari uraian tersebut maka kami dapat menyimpulkan bahwa ditinjau secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani, philein dan sophia artinya cinta kebijaksanaan. Cinta menunjukkan suatu suatu sikap tahan uji dan tak mau menyerah, selalu berusaha demi tercapainya suatu maksud. Sedangkan kebijaksanaan adalah suatu kondisi dimana orang mungkin bertindak secara komprehensif dan radikal.
2.      Pengertian Filsafat secara essensial
Dari uraian tersebut, kita dapat menentukan pernyataan yang menyatakan bahwa manusia dapat ragu-ragu dalam menghadapi masalah. Tetapi justru dalam keraguan itu kita menemukan sesuatu yang berharga yaitu pertimbangan. Manusia bertanya dan menanya sangat erat hubungannya dengan kehidupannya sendiri. Oleh karena itu, nilai realitas juga tidak sedikit gunanya untuk mengisi kehidupan manusia. Realita ini dibuktikan oleh filosofis sepanjang zaman dari zaman Yunani Kuno si Thales, Empedogles, Plato sampai Hegel. Kalu diperhatikan sungguh-sungguh dari uraian diatas, dalam kegiatan menemukan jawaban dari pertanyaan maka manusia berpikir. Berpikir bagaimanakah yang disebut berpikir filosofis?
2.1    Berfilsafat adalah berpikir dengan menggunakan disiplin berpikir tinggi
Sesuai dengan pendapat Aristoteles bahwa manusia adalah animal rational. Maka, kita dapat mengetahui bahwa manusia adalah binatang yang berbudi. Setiap orang bukan filosuf, yang didapat pada setiap orang adalah berpikir. “man as it potensiil being”. Sehubungan dengan ini, Drs. Soenardjo W. mengatakan bahwa berfilsafat adalah berpikir dengan menggunakan disiplin berpikir tinggi. Bagaimanakah disiplin berpikir tinggi? Berpikir disiplin tinggi adalah berpikir dimana rasa dan karsa mendorong dan memberi kesempatan kepada ratio untuk berkarya.
2.2    Berfilsafat adalah berpikir yang rational
Seorang yang berfikir selalu mengadakan pertimbangan tterhadap beberapa kemungkinan pendapat yang paling benar. Antara pendapat yang satu dengan yang lain harus ada hubu ngan yang rasional, sehingga dapat diterima akal sehat.salinh hubungan antar pendapat harus merupakan kerangka berpikir yang konsepsionil. Kerangka berpikir yang konsepsionil adalah bagan konsepsi yang bersifat rationil di mana dalam bagan tersebut terdapat saling hubungan antara yang satu dengan yang lain. Saling hubungan ini harus tercermin dalam kaedah –kaedah ini sangat diperlukan dalam berpikir rationil.
2.3    Berfilsafat adalah berpikir secara konsepsionil
Berpikir secara konsepsionil,berarti dalam berpikir itu kita wajib menyusun konsepsi pikiran dengan kerangka konsep. Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan, filsafat dalam hal ini adalah beriktisar untuk sampai pada pengertian-pengertian yang lebih dari sekedar persepsi belaka. Dengan demikian, dalam rangka berpikir secara kefilsafatan yang konsepsionil adalah berpikit tentang proses-proses serta hal-hal dalam hubungan yang umum, termasuk di dalamnya berpikiir dan cara-cara berpikir untuk mendaptkan kesimpulan yanag tepat.
2.4    Berfilsafat adalah berpikir secara coherent
Berpikir secara conherent adalah berpikir secara runtut konsisten. Berpikir secara konsisten artinya berpikir dalam mana pertanyaan-pertanyaan yang dipergunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan yang rasionil dan konsepsionil itu harus antara pernyataan yang satu dengan yang lain tidak terjadi inconsistent (contradictionarty).
2.5    Berfilsafat adalah berpikir secara comprehensive dan radikal
Berpikir secara komprehensif adalah berpikir secara menyeluruh. Berpikir secara menyeluruh berarti berpikir yang memandang semua aspek, dari aspek empiris sampai rasional, dari phisis sampai metaphisis. Berpikir secara radikal berarti dalam berpikir itu kita harus memikirkan masalah sampai ke akar-akarnya, sehingga kita dapat membuat kesimpulan yang essensial yang abstraksi dari suatu hal yang bersifat universal.
2.6    Berfilsafat adalah berpikir yang bertanggung jawab
Berfilsafat secara tanggung jawab adalah berpikir yang bertanggung jawab baik pada dirinya sendiri maupun orng lain, bertanggung jawab bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan terakhir bertanggung jawab kepada yang mutlak. Menurut Sutan Takdir Alisyahbana, berpikir yang bertanggung jawab adalah berpikir secara insyaf, maksudnya berpikir secara sadar dari buah budinya yang dituangkan dalam ilmu pengetahuan harus dapat dipertannggung jawabkan. 
2.7    Berfilsafat adalah berpikir secara sistematis
Berfilsafat adalah berfikir secara sistematis, maksudnya adalah berpikir secara teratur dan disusun menurut sistem.
Dari uraian tersebut, pengertian filsafat dapat berarti cara berpikir dan hasil berpikir conceptionil rationil dan radical comprehensive yang disusun secara sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan untuk mendapatkan kebenaran yang essensial.

3.      Filsafat ditinjau dari tugas dan gunanya
Tugas filsafat bagi kehidupan manusia adalah untuk memberi penjelasan terhadapberbagai pertanyaan manusia secara menyeluruh dan radikal sehingga sampai pada kebenaran essensial (aspek teoritis). Kegunaan filsafat adalah menjadi pedoman hidup, yang khusus lagi pedoman bertindak. 
4.  Makna Filsafat dan peranannya dalam pengetahuan manusia.
            Sifat dari filsafat adalah abstrak Universal,memungkinkan filsafat mampu berperan sebagai perangkum penginti dan pengarah ilmu pengetahuanyang beraneka ragam banyaknya.
a.      Asal mula timbul istilah filsafat
Menurut Cicero, penulis Romawi (106-43 SM) yang pertama kali memakai kata filsafat adalah “Pitagoras” abad ke 5 SM. Yang dipergunakan oleh Pitagoras sebagai reaksi terhadap orang-orang yang menamakan dirinya “ahli pengetahuan”.Tetapi pada akhirnya manusia tidak akan dapat menjadi ahli ilmu pengetahuan dan hanyalah sebagai pencari dan pencinta pengetahuan.
b.        Tinjauan terhadap pandangan yang salah
1)   Pandangan Pesimistis yaitu golongan yang menganggap bahwa orang biasa tak mampu berfilsafat,agaknya terlalu berlebih-lebihan dalam menafsirkan makna filsafat.
2)   Pandangan Aphatis yaitu golongan yang menganggap filsafat sebagai sesuatu yang tak berguana ,tak berarti dan dan atau tak bernilai bagi hidup dan kehidupan manusia.
3)   Pandangan Negatif yaitu menganggap bahwa filsafat hanya mengabdikan diri pada akal.

B. FILSAFAT DAN ILMU
1. Hubungan filsafat dan Science ditinjau dari Obyeknya
            Menurut Marti O Vaske dalam hubungan An Introduction to Metaphisics,:
1.1 Obyek Materia
            Obyek Materia adalah subyek marter dari suatu pengetahuan.Sedangkan subyek marter adalah material daripada ilmu pengetahuan dan filsafat.Yang dipelajario dalam obyek ini adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi,Obyek Materia adalah materi yang menjadi sasaran atau yang dipelajari ilmu dan filsafat.
1.2 Obyek Forma
            Adalah aspek atau sudut pandang tertentu dari subyek mater.Oleh karena itu obyek Forma adalah aspek yang dapat dipahami dari mater oleh para science dengan sudut pandang yang istimewa.
Filsafat ingin memandang manusia dari sudut pandang sedalam-dalamnya dari yang empiris dan rasional yang nampakdan tidak nampak.
1.3 Perbandingan filsafat dan Science berdasarkan obyek materia dan obyek Forma:
Filsafat dan dan science berbeda dalam obyek forma maupun obyek materia. Dalam hal obyek materia filsafat mencakup semua obyek materia dari science yang bermagam-macam.Sedangkan science hanya mengambil bagian-bagian materia.
2. Filsafat dan Science ditinjau dari proses spesialisasi
a.       Seorang filosof akan memperhatikan scope yang luas,dalam hubungannya benda-benda itu sendiri,sebaliknya science ingin melukiskan benda-nenda tersebut apa adanya.
b.      filsafat menjadi suatu sistem teori dario science.Sebaliknya science tidak mau tau tentang apa yang mereka peroleh tidak mau tahu tentang dasar.
c.       filsafat ingin menjawab pertyanyaan tentang apakah ia sebenarnya? Sebaliknya science ingin mencari ketarangan dengan jawaban dari filsafat.
C.    FILSAFAT SEBAGAI METODE BERFIKIR
1.      Berpikir bagi Manusia
Manusia sebagi makhluk hidup yang berderajat tinggi bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Dimana manusia dapat mengatasi alam, artinya dapat merubah ketentuan alam dengan mengadakan penolahan alam sesuai dengan kebutuhan hidupnya atau dalam istilah lain, manusia dapat membudayakan alam. Ini semua dikarenakan manusia memiliki kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir inilah yang merupakan salah satu ciri kekhususan manusia dan yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Gejala berpikir ini mempunyai peranan bagi manusia sehingga manusia berkedudukan sebagai makhluk hidup yang berderajat tinggi, tetapi tidak berarti bahwa berpikir merupakan satu-satunya yang paling menguasai seluruh kehidupan manusia, namun berpikir besar peranannya dan fungsinya sebagai manusia.
Adapun perbedaan berpikir dan pikiran :
Berpikir           : aktivitas jiwa (pikiran) untuk menentukan hubungan antara pengetahuan-   pengetahuan-pengetahuan atau masalah yang sedang dihadapi.
Pikiran : kemampuan jiwa untuk menentukan hubungan antara pengetahuan-pengetahuan atau sangkut paut masalah yang dihadapi.
2.      Hasil Proses Berpikir
            Menurut beberapa ahli psikologi, hasil proses berpikir sebagai berikut :
a.       Pengertian atau Konsep
Pengertian atau konsep adalah gambaran dan gerakan dari barang yang dapat dilihat oleh akal manusia. Tetapi, ada pula yang memberi batasan tentang pengertian sebagai berikut :
Pengertian adalah hasil berpikir, yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok dari sesuatu yang dinyatakan dengan perkataan-perkataan dalam akal. Dalam bentuk pengertian ini, kerja akal atau berpikirnya adalah menentukan hubungan sangkut paut antara pengetahuan-pengetahuan tentang sifat-sifat pokok sesuatu.
b.      Pendapat atau Keputusan
Mempunyai maksud bahwa pengertian tentang sesuatu bila dihubungkan dengan pengertian sesuatu yang lain akan membentuk suatu pendapat atau keputusan.
c.       Kesimpulan atau Pemikiran
Pemikiran adalah hasil berpikir yang menghubungkan pendapat satu dengan pendapat yang lain untuk mendapatkan pendapat baru.
3.      Bentuk-Bentuk Berpikir
a.       Berpikir secara Pengalaman (Rautine Thinking)
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengakumulasikan berbagai pengalaman untuk mendapatkan pengalaman yang cocok sesuai dengan masalah yang dihadapi.
b.    Berpikir secara Ingatan (Representative Thinking)
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengingat-ingat tanggapan-tanggapan   yang tersimpan dalam jiwanya.
c.     Berpikir Reproduktif
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengulang kembali dan mencocokan pada sesuatu hasil pemikiran sebelumnya (baik hasil pemikiran diri sendiri maupun orang lain).
d.    Berpikir Kreatif
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengadakan penyelidikan untuk mengetahui aspek-aspek atau faktor-faktor yang terkandung didalamnya dan mengumpulkan bahan-bahan pengetahuan yang lain yang berhubungan dengan aspek-aspek tersebut, kemudian mengolahnya sehingga tercipta hasil penemuan baru.
e.     Berpikir Rationil atau Logis
Berpikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan menghubungkan pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan pemgertian baru.
Dari kelima bentuk berpikir ini, yang tampak besar peranannya dalam memberikan  ciri khusus bagi manusia adalah berpikir kreatif dan berpikir rationil.
4.      Aspek-Aspek Peranan Berpikir dalam Kehidupan Manusia
a.       Aspek Ekonomis
            Dengan kemampuan akal pikirannya , manusia merubah bahan-bahan makanan yang berasal dari alam (beras, gandum, jagung, dsb) menjadi bentuk-bentuk makanan yang sesuai seleranya. Demikian juga terhadap kebutuhan-kebutuhan lainnya, dengan kemampuan akal pikiran, manusia mengubah barang-barang menjadi sesuatu yang berguna dan sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
b.      Aspek Kulturil (Kebudayaan)
            Dari hasil berpikir manusia, diciptakanlah segala sesuatu yang dapat memudahkan kehidupannya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rokhaniah. Kalau ditinjau dari kebudayaan materiil atau jasmaniah, misalnya : rumah, kendaraan, ataupun persenjataan. Sedangkan ditinjau dari kebudayaan rokhaniah, misalnya : ilmu pengetahuan, bahasa, maupun kepercayaan dari adat istiadat. Hal itu semua, bukan semata-mata karena akal saja tetapi juga aspek-aspek kejiwaan yang lain seperti karsa dan rasa berperan pula, namun demikian peranan berpikir tak dapat diabaikan dalam terwujudnya suatu kebudayaan.
c.       Aspek Peradaban
Manusia dalam hidupnya selain memiliki kebutuhan ekonomi, juga membutuhkan ketenangan dan kebahagiaan dalam pergaulan hidupnya. Sehingga, diperlukan suatu tata masyarakat yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku manusia yaitu tata peradaban. Adapun seperti kesopanan, kesusilaan, undang-undang, dan agama.
5.      Faedah dan Bahaya Berpikir
Fungsi akal antara lain terletak dalam bidang :
a.       Pengumpulan atau Penciptaan Ilmu Pengetahuan.
b.      Pemecahan Persoalan-Persoalan.
c.       Penemuan Cara-Cara yang Efisien.
Ditinjau dari segi faedahnya antara lain :

a.       Berpikir terciptalah ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
b.      Berpikir memberikan petunjuk untuk mencari jalan yang benar dan baik.
c.       Berpikir dapat memberikan penyelesaian dalam usaha memecahkan persoalan hidup.
Adapun bahayanya antara lain :
a.       Karena berpikir ditemukan jalan kearah perbuatan yang sesat
b.      Dengan berpikir dibuatlah alasan-alasan untuk membenarkan perbuatan yang sesat
c.       Dengan berpikir dapat menimbulkan rasa bahwa akal itu dapat mengetahui segala-galanya.
Menyadari ada segi negatif dari berpikir dan berfilsafat maka usaha untuk menghindari hal itu adalah dengan menggunakan disiplin berpikir dalam dirinya. Dengan itu, seorang individu dapat menyaring atau menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
D.  FILSAFAT PENDIDIKAN
1.      Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan Normatif
Maksudnya:
a.    Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma-norma tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupan.
b.         Sebagai ilmu pengetahuan praktis,tugas pendidikan, dan pendidik.
c.    Sesuai kenyataan di atas ilmu pendidikan erat hubungannya dengan ilmu filsafat dan normatif lainnya.
d.   Ilmu pengetahuan yang dapat dimaksukkan ke dalam ilmu pengetahuan normatif meliputi agama, dan ilmu filsafat dengansegala cabangnya.
e.    Bahwa agama, filsafat dengan segala cabangnya menentukan dasr-dassar dan tujuan hidup pendidikan manusia yang menentukan tingkah laku perbuatan manusia.
f.     Bahwa perumusan tujuan-tujuan altimit dan proksimit pendidikan ditentukan hakekat dan segi-segi pendidikan yang dibina dan dikembangkan melalui proses pendidikan.
g.    Bahwa sistem pendidikan bertugas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan, dan pola-pola pendidikan dan dibina untuk mencapi tujuan pendidikan.
h.    Isi moral pendidikan berisi perumusan norma-norma(nilai spiritual etis)
i.      Bahwa wajar tiap manusia memiliki filsafat hidup dan pikiran tentang kehidupan dan penghidupannya.
j.      Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara normatif dasar-dasaar dan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan;hakekat sifat manusian;hakekat dan segi-segi pendidikan;isi moral pendidikan;sistem pendidikan ;pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.
2.      Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan
a.                   Progesivisme
Ciri Utama :
*      Mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia dapat mengatasi masalah yang bersifat menekan manusia.
*      Memiliki kelompok ilmu sebagai bagian-bagian utama dari kebudayaan.Ilmu tersebut yaitu Ilmu Hayat,Antropologi,Psikologi dan Ilmu Alam.
*      Kurang menyetujui pendidikan yang bercorak otoriter.
*      Lingkungan dan pengalaman mendapat perhatian selain kemajuan atau progres.
Pandangan Mengenai Nilai
*      Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa.
*      Nilai mempunyai kualitas sosial.
*      Nilai mempunyai sifat individual.
Pandangan Tentang Belajar
*      Belajar menghapus dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat.
*      Belajar bertumpu pada anak didik yang dapat menghayati belajar yang edukatif dan bukan yang misedukatif.
*      Belajar yang edukatif adalah belajar untuk mencapai hasil-hasil yang secara konstruktif.
*      Belajar yang misedukatif adlah belajar yang ditentukan oleh nilai-nilai yang kurang mendorong kearah perkembangan dinamis.
Pandangan Mengenai Kurikulum
*      Kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif
            Pengalaman apa saja yang serasi tujuan menurut prinsip-prinsip yang digariskan dalam pendidikan yang membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
*      Kurikulum bersifat eksperimental
            Sejumlah pengalaman belajar disekitar kebutuhan umum.
*      Adanya rencana dan susunan yang teratur
            Kurikulum disusun atas dasar teori dan metode proyek untuk menciptakan pendidikan kearah yang telah ditentukan.
b. Esensialisme
Ciri Utama:
*      Esensialisme mempunyai tinjauan mengenai kebudayaan dan pendidikan yang berbeda dengan progresivisme. Progresivisme mempunyai sifat fleksibel. Sifat demikian menjadikan pedidikan kehilangan arah.
*      Berhubung pendidikan haruslah bersendikan nilai kestabilan yang dapat memenuhi adalah pandangan esensialistik awal.Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk esensialisme yang masing masing bersifat elektik(pendukung esensialisme tetapi tidak lebur jadi satu.
Pandangan Mengenai Nilai
*        Sifat nilai tergantung dari pandangan realisme & idealisme. Menurut Realisme,kuantitas nilai tidak dapat ditentukan secara konsepsuil, melainkan tergantung bagaimana keadaanya dan selanjutnya akan tergantung dari sikap subjek.
Pandangan Mengenai Belajar
*        Idealisme sebagai filsafat hidup mulai tinjauanya mengenal pribadi individual,seperti yang dikemulalan pandangan imanuel kant bahwa segala pengetahuan yang dicapai manusia lewat indra memerlukan unsur apriori yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
*        Pandangan Realisme mengenal belajar tercermin pada pandangan dari Edward L,Thorndike pendukung aliran koneksionisme. Dalam teori sarbon belajar itu adalah penyesuaian dengan yang ada
*        Roose L Finney menerangkan tentang hakikat sosial dari hidup mental.Pandangan realisme mencerminkan 2 jenis determinisme yaitu mutlak dan terbatas.Determinisme mutlak menunjukkan bahwa belajar adalah mengenal hal hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya(harus ada).
Pandangan Mengenai Kurikulum
*      Herman Harrel Horne,dalan bukunya This New Education mengatakan hendaklah kurikulum bersendikan atas fundamental tunggal yaitu watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal.
*        Bogoslousky,dalam bukunya The ideal school mengutarakan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan nata pelajaran,diumpamakan sebagai sebuah rumah yang menpunyai 4 bagian yaitu:
a.Universum:Pengetahuan merupakan latar belakang dari segala manifestasi hidup manusia
b.Sivilisasi:Karya manusia sebagai akibat hidup masyarakat
c.Kebudayaan:Karya manusia mencakup filsafat,kesenian,agama,dll.
d.Kepribadian:Bagian pembentukan kepribadian yang tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal.
*        Robert Ulich berpendapat meskipun kurikulum disusun secara fleksibel,perlu diadakan perencanaan dengan kesamaan dan kepastian.Horne mengemukakan kurikulum sebagai kegiatan dalam pendidikan adalah proses penyesuaian yang bersifat kosmis.Butler mengenukakan,Sejumlah anak haruslah dididik untuk mengetahui dan menaggumi kitab suci.Demihkevich menghendaki kurikulum berisikan moralitas tinggi.
c.    Perenialisme
Ciri-ciri utama
*      Perealisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran. Selain itu perenialisme sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial cultural yang lain.
*      Perenialisme mengambil jalan regresif, karena mempunyai pandangan bahwa tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan perbuatan zaman kuno dan Abad pertengahan. yang di maksud dengan ini adalah kepercayaan-kepercayaan aksiomatis mengenai pengetahuan, realita dan nilai dari zaman-zaman tersebut.
*      Selain itu parenialisme juga di artikan sebagai filsafat yang susunan dirinya merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu tidak sejalan dengan prinsip-prinsip yang evolusionistis dan naturalis.

Pandangan Mengenai Nilai

*          Hakekat manusia adalah emanasi (pancaran) yang potensial yang berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan, dan atas dasar inilah tinjauan mengenai baik dan buruk dilakukan. Hakekat manusia pada akhirnya akan menentukan hakekat perbuatan-perbuatannya dan persoalan nilai adalah persoalan spiritual. Secara teologis manusia perlu mencapai kebaikan tertinggi, sedangkan kebaikan tertinggi adalah nilai yang merupakan suatu kesatuan dengan Tuhan , maka usaha manusia, itu mengandung hal-hal yang praktis.
*          Aristoteles mempunyai pandangan mengenai kebajikan, yang di bedakan menjadi dua : (a) intelektual dan (b) moral. Kebajikan moral adalah kebijakan yang merupakan pembentukan kebiasaan, yang merupakan dasar dari kebijakan intelektual.
Pandangan Mengenai Belajar

*        Tuntutan tertinggi dalam belajar, menurut perenialisme adalah latihan dan disiplin mental. Maka, teori dan praktek pendidikan haruslah mengarah pada tuntutan tersebut. Pada hakekatnya manusia memiliki keistimewaan dibandingkan dengan makluk yang lain, ialah karena memiliki sifat rasionalitas. Sifat rasional daripada manusia ini menimbulkan konsep dasar mengenai kebebasan. Bahwa dengan rasionya manusia dapat memiliki dan mencapai kebebasan dari berbagai belenggu yang dapat menurunkan derajat atau martabatnya seperti kebodohan, keragu-raguan, dan ignorasi.
Atas dasar pandangan di atas dapatlah disimpulkan bahwa belajar itu pada hakeketnya adalah belajar untuk berpikir. Sebagai pendahuluan pendidikan kea rah tujuan tersebut kecakapan-kecakapan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung penting sekali karena merupakan permulaan untuk menuju ke tahap selanjutnya.
*      Semantik mempunyai peranan yang sangat penting. Pengetahuan ini, yang mengajarkan, arti daripada arti, dapat menjadi bekal cara berpikir yang lurus dan kaya.
*      Aristoteles menggambarkan letak disiplin mental bila di hubungkan dengan gambaran paramida ada pada salah satu bagian dari puncak  piramida tersebut. Dalam rangka usaha dalam mencapai esensi dalam belajar, menggerakan kognisi (mengetahui), afeksi (merasa), dan konasi (berbuat),merupakan kegiatan yang perlu mendapat perhatian yang cukup. Tujuannya tidak lain adalah agar anak didik mengalami perkembangan kepribadian yang utuh (integral).
Belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu belajar karena pengajaran dan belajar karena penemuan. Untuk yang partama adalah guru memberikan penerangan atau pengetahuan,juga mengadakan pencerahan. Pencerahan ini dapat di lakukan dengan jalan menunjukan dan menafsirkan implikasi dari pengetahuan dan ilmu yang di berikan.

Pandangan Tentang Kurikulum

*      Tugas utama pendidikan adalah dengan memperhatikan anak didik kearah kemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya. Jadi, akal inilah yang perlu mendapat tuntunan kea rah kemasakan tersebut. Sekolah randah memberikan pendidikan dan pengetahuan yang serba dasar. Tugas sekolah rendah yang lain adalah pendidikan watak dengan tekanan utama pada kebijakan-kebijakan moral. Untuk itu, yang diperlukan adalah penenman dan latihan yang memadai agar tertanamnya kebijakan itu menjadi kuat. Oleh karena itu pendidikan rendah baru memberikan pendidikan dasar, maka belum dapat di jadikan dasar pebbaharuan sosial dalam arti yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar