Selasa, 29 Desember 2015

MORFOFONEMIK

Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi.
Berikut akan dibicarakan beberapa jenis perubahan fonem dan bentuk-bentuk morfofonemik pada beberapa proses morfologi.
1)      Jenis Perubahan
Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi ini. Diantaranya adalah proses :
a)      Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefix me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
b)      Pelepasan fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefix ber- dilesapkan. Juga, dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar sejarah itu dilesapkan. Contoh lain, dalam proses pengimbuhan “akhiran” –nda pada dasar anak, maka fonem /k/ pada dasar itu menjadi lesap atau dihilangkan.
c)      Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu. Juga terjadi pada proses pengimbuhan prefiks pe.
d)     Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
e)      Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks –I pada dasar lompat, terjadi pergeserab dimana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata ­pat menjadi berada pada suku kata ti.
Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada dasar jawab. Disini fonem /b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada suku kata ban.
2)      Morfofonemik dalam Pembentukan Kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi. Dalam proses reduplikasi dan komposisi hamper tidak ada. Dalam proses afiksasi pun terutama, hanya dalam prefiksasi ber-, prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfeksasi pe-an, konfeksasi per-an, dan sufiksasi –an.
a)      Prefikasi ber-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan prefiks ber- berupa : pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu, perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber itu.
(1)   Pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem /r/, atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [er].
(2)   Perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar, tidak ada contoh lain.
(3)   Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ber- tahap /r/ terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada (1) dan (2) di atas.
b)      Prefiksasi me- (termasuk klofiks me-kan dan me-i)
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat berupa pengekalan fonem, penambahan fonem, dan peluluhan fonem.
(1)   Pengekalan fonem disini artinya tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskan dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, w, m, n, ng, dan ny/.
(2)   Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan  fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. umpamanya.
Me + baca       à             membaca
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/. umpamanya.
Me + dengar     à           mendengar
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/. Contoh :
Me + goda        à           menggoda
Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari sati kata. Misalnya:
Me + cat        à              mengecat
(3)   Peluluhan fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan r/. dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/. konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/. Misalnya:
Me + dengar       à         mendengar
c)      Prefiksasi pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan konfiks pe-an sama dengan morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-, yaitu pengekalan fonem, penambahan fonem dan peluluhan fonem.
(1)   Pengekalan fonem, artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
(2)   Penambahan fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsonan /b/.
(3)   Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsona /d/.
(4)   Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /g, h, kh, a, l, u, e, dan o/.
(5)   Penambahan fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa bentuk dasar satu suku.
(6)   Peluluhan fonem, apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ nasal /n/. Perifikasi per- dan konfiksasi per-an
Morfofonemik dalam pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa pelepasan fonem /r/ pada prefiks per- itu, perubahan fonem /r/ dari prefiks per-an itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
(1)   Pelepasan fonem /r/ terjadi apabila bentuk daasrnya dimulai dengan fonem /r/ atau suku pertamanya /er/.
(2)   Perubahan fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berubah kata ajar.
(3)   Pengekalan finem /r/ terjadi apabia bentuk dasarnya bukan yang disebabkan pada a dan b di atas. Contoh :
d)     Sufiksasi –an
Morfofonemik dalam pengimbuhan sufiks ­–an dapat berupa permunculan fonem dan pergeseran fonem.
(1)   Pemunculan fonem, ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem /w/, fonem /y/, dan fonem glottal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi apabila sufiks –an
(2)   Pergeseran fonem, terjadi apabila sufiks –an itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran dengan sebuah konsonan. Dalam pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan sufuk –an tersebut.
e)      Prefiksasi ter-
Morfofonemik dalam proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat berupa pelepasan fonem /r/ dari prefiks ter- itu, perubahan fonem /r/ dari prfiks ter- itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ itu.
(1)   Pelepasan fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.
(2)   Perubahan fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.
(3)   Pengekalan fonem /r/ pada prefiks ter- tetap menjadi /r/ apabila prefiks ter- itu diimbuhkan pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b diatas.

MAJAS DAN CONTOHNYA

Macam macam majas dan contohnya lengkap

Macam macam majas dan contohnya lengkap - Majas adalah adalah  bahasa kias dan indah yang di gunakan untuk mempercantik  susunan kalimat yang dipergunakan untuk tujuan menimbulkan kesan imajinatif serta mampu menciptakan efek-efek tertentu baik itu melalui lisan atau tertulis untuk pembaca dan pendengarnya.

Macam macam Majas


Secara garis besar majas terdiri atas empat macam majas yang tiap-tiap macamnya terdiri dari beberapa jenis majas turunan,

Majas terdiri dari :

1). Majas Perbandingan;
2). Majas Pertentangan;
3). Majas Sindiran;
4). Majas Penegasan.

1. Majas Perbandingan

Pengertian Majas Perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan perbandingan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Jika diperhatikan dari cara pengambilan perbandingannya, Majas Perbandingan terbagi atas:

1) Asosiasi atau Perumpamaan

Majas asosiasi atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti, dan laksana.
Contoh :
a) Semangatnya keras bagaikan baja.
b) Mukanya pucat bagai mayat.
c) Wajahnya kuning bersinar bagai bulan purnama

2) Metafora

Metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis.
Me·ta·fo·ra /métafora/ : Pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan, misalnya tulang punggung dalam kalimat pemuda adalah tulang punggung negara
Contoh:
a)      Engkau belahan jantung hatiku sayangku. (sangat penting)
b)      Raja siang keluar dari ufuk timur
c)      Jonathan adalah bintang kelas dunia.
d)      Harta karunku (sangat berharga)
e)      Dia dianggap anak emas majikannya.
f)       Perpustakaan adalah gudang ilmu.

3) Personifikasi

Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tak bernyawa seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.
Contoh:
a) Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
b) Ombak berkejar-kejaran ke tepi pantai.
c) Peluit wasit menjerit panjang menandai akhir dari pertandingan tersebut.

4) Alegori

Alegori adalah Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Alegori: majas perbandingan yang bertautan satu dan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh. Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi
Alegori biasanya berbentuk cerita yang penuh dengan simbol-simbol bermuatan moral.
Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

5) Simbolik

Simbolik adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan benda, binatang, atau tumbuhan sebagai simbol atau lambang.
Contoh:
a)   Ia terkenal sebagai buaya darat.
b)   Rumah itu hangus dilalap si jago merah.
c)   Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian
d)   Melati, lambang kesucian
e)   Teratai, lambang pengabdian

6) Metonimia

Metonimia adalah majas yang menggunakan ciri atau lebel dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.Pengungkapan tersebut berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh:
a) Di kantongnya selalu terselib gudang garam. (maksudnya rokok gudang garam)
b) Setiap pagi Ayah selalu menghirup kapal api. (maksudnya kopi kapal api)
c) Ayah pulang dari luar negeri naik garuda (maksudnya pesawat)

7) Sinekdok

Sinekdok adalah majas yang menyebutkan bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdokhe terdiri atas dua bentuk berikut.
a) Pars pro toto, yaitu menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
    Contoh:
(a) Hingga detik ini ia belum kelihatan batang hidungnya.
(b) Per kepala mendapat Rp. 300.000.
b) Totem pro parte, yaitu menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
    Contoh:
(a) Dalam pertandingan final bulu tangkis Rt.03 melawan Rt. 07.
(b) Indonesia akan memilih idolanya malam nanti.

8. Simile

Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai".
Contoh:
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.()
Majas Pertentangan adalah “Kata-kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan yang dimaksudkan sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan maksud untuk memperhebat atau meningkatkan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar”. Jenis-jenis Majas Pertentangan dibedakan menjadi berikut.


1) Antitesis

Antitesis adalah majas yang mempergunakan pasangan kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
a) Tua muda, besar kecil, ikut meramaikan festival itu.
b) Miskin kaya, cantik buruk sama saja di mata Tuhan.

2) Paradoks

Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara pernyataan dan fakta yang ada.
Contoh;
a) Aku merasa sendirian di tengah kota Jakarta yang ramai ini.
b) Hatiku merintih di tengah hingar bingar pesta yang sedang berlangsung ini.

3) Hiperbola

Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian.
Contoh:
a) Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b) Tubuhnya tinggal kulit pembalut tulang.

4) Litotes

Litotes adalah majas yang menyatakan sesuatu dengan cara yang berlawanan dari kenyataannya dengan mengecilkan atau menguranginya. Tujuannya untuk merendahkan diri.
Contoh:
a) Makanlah seadanya hanya dengan nasi dan air putih saja.
b) Mengapa kamu bertanya pada orang yang bodoh seperti saya
ini?()


3. Majas Sindiran

Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Majas sindirian dibagi menjadi:

1) Ironi

Ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan denganmaksud menyindir.
Contoh:
a) Ini baru siswa teladan, setiap hari pulang malam.
b) Bagus sekali tulisanmu sampai tidak dapat dibaca.

2) Sinisme

Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh :
a) Perkataanmu tadi sangat menyebalkan, tidak pantas diucapkan oleh orang terpelajar sepertimu.
b) Lama-lama aku bisa jadi gila melihat tingkah lakumu itu.

3) Sarkasme

Sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Majas ini biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.
Contoh:
a) Mau muntah aku melihat wajahmu, pergi kamu!
b) Dasar kerbau dungu, kerja begini saja tidak becus!()



4. Majas Penegasan

Majas Perbandingan ialah kata-kata berkias yang menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca”. Majas penegasan terdiri atas tujuh bentuk berikut.

1) Pleonasme

Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata.
Contoh:
a) Semua siswa yang di atas agar segera turun ke bawah.
b) Mereka mendongak ke atas menyaksikan pertunjukan pesawat tempur.

2) Repetisi

Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh:
a) Dialah yang kutunggu, dialah yang kunanti, dialah yang kuharap.
b) Marilah kita sambut pahlawan kita, marilah kita sambut idola kita, marilah kita sambut putra bangsa.

3) Paralelisme

Paralelisme adalah majas perulangan yang biasanya ada di dalam puisi.
Contoh:
Cinta adalah pengertian
Cinta adalah kesetiaan
Cinta adalah rela berkorban

4) Tautologi

Tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata dalam sebuah kalimat dengan maksud menegaskan. Kadang pengulangan itu menggunakan kata bersinonim.
Contoh:
a) Bukan, bukan, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin bertukar pikiran saja.
b) Seharusnya sebagai sahabat kita hidup rukun, akur, dan bersaudara.

5) Klimaks

Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut dan makin lama makin meningkat.
Contoh:
a) Semua orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut antri minyak.
b) Ketua Rt, Rw, kepala desa, gubernur, bahkan presiden sekalipun tak berhak mencampuri urusan pribadi seseorang.

6) Antiklimaks

Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturutturut yang makin lama menurun.
a) Kepala sekolah, guru, dan siswa juga hadir dalam acara syukuran itu.
b) Di kota dan desa hingga pelosok kampung semua orang merayakan HUT RI ke -62.

7) Retorik

Retorik adalah majas yang berupa kalimat tanya namun tak memerlukan jawaban. Tujuannya memberikan penegasan, sindiran, atau menggugah.
Contoh:
a) Kata siapa cita-cita bisa didapat cukup dengan sekolah formal saja?
b) Apakah ini orang yang selama ini kamu bangga-banggakan ?()

MORFOLOGI

MORFOLOGI



Pengertian
Bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal disebut morfologi. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan.
Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut morfem.Berdasarkan potensinya untuk dapat berdiri sendiri dalam suatu tuturan, rnorfem dibedakan atas dua macam yaitu :
  1. morfem terikat, morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri, sehingga harus selalu hadir dengan rnengikatkan dirinya dengan modem bebas lewat proses morfologs, atau proses pembentukan kata, dan
  2. morfem bebas, yang secara potensial mampu berdiri sendiri sebagai kata dan secara gramatikal menduduki satu fungsi dalam kalimat.

    Dalam bahasa Indonesia morfem bebas disebut juga kata dasar. Satuan ujaran seperti buku, kantor, arsip, uji, ajar, kali, pantau, dan liput rnerupakan modem bebas atau kata dasar; sedang me-, pe-, -an, ke - an, di-, ,swa-, trans-, -logi, -isme merupakan morfem terikat.

    Sebuah morfem, jika bergabung dengan morfem lain, seting mengalami perubahan. Misalnya, morfem terikat me dapat berubah menjadi men-, mem-, meny-, menge-, dan menge- sesuai dengan lingkungan yang dimasuki. Variasi modem yang terjadi karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alomor
Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , meliputi afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).
Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang ketiga proses morfologis di atas perlu ditegaskan terlebih dahulu tiga istilah pokok dalam proses ini, Yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung.
Kata dasar :
kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses penambaban imbuhan, proses pengulangan, rnaupun proses pemajemukan.

Bentuk dasar :
bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, dapat benupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan dapat pula berupa kata majemuk.

Unsur langsung :
bentuk dasar dan imbuhan yang membentuk kata jadian.
Afiksasi (Penambahan Imbuhan)
Dalam tata bahasa tradisional afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang dapat mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan, yang dapat mengubah arti gramatikal seperti arsip menjadi mengarsipkan, diarsipkan.
Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar imiah yang disebut afiksasi.
Afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar. seperti ber-, di-; ke-, me-, se-, pe-, per-, ter-, pre-, swa-,adalah prefiks atau awalan.
Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar, seperfi -em, -er-, -el-, di-sebut infiks atau sisipan.
Yang terletak di akhir kata dasar, seperti -i -an, -kan, -isme, -isasi, -is, -if dan lain-lain dinamakan sufiks atau akhiran.
Gabungan prefiks dan sufiks yang membenluk satu kesatuan dan bergabung dengan kata dasarnya secara serentak seperti :
ke-an pada kata keadilan, kejujuran, kenakalan, keberhasilan, kesekretarisan, pe-an seperti pada kata pemberhentian, pendahuluan, penggunaan, penyatuan, dan
per-an sebagaimana dalam kata pertukangan, persamaan, perhentian, persatuan dinamakan konfiks.
Ingat, karena konfiks sudah membentuk satu kesaman, maka harus tetap dihitung satu morfem. Jadi kata pemberhentian dihitung tiga morfem, bukan empat, Bentuk dasarnya henti, satu morfem, mendapat prefiks ber-, satu morfem, dan mendapat konfiks pe-an yang juga dihitung Satu morfem, maka semuanya tiga morfem.
Fungsi dan Arti Afiks
Tidak semua afiks dibicarakan di sini. Yang akan dibahas hanya afiks-afiks yang memiliki frekuensi kemunculan dalam soal-soal tinggi.
  1. Prefiks me-,
    berfungsi membentuk kata kerja atau verba. Prefiks ini mengandung arti struktural.
    1. 'melakukan tindakan seperti tersebut dalam kata dasar' contoh:
      menari, melompat, mengarsip, menanam, menulis, mencatat
      .
    2. 'membuat jadi atau menjadi' contoh :
      menggulai, menyatai, menjelas, meninggi, menurun, menghijau, menua
    3. mengerjakan dengan alat' contoh :
      mengetik, membajak, mengail mengunci, mengetam
    4. berbuat seperti atau dalam keadaan sebagai' contoh: membujang, menjanda, membabi buta
    5. mencari atau mengumpulkan' contoh :
      mendamar, merotan.
    6. dll.
  1. Prefiks ber,
    berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat, dan kata kerja sendiri) Prefiks ini mengandung arti :
    1. 'mempunyai' contoh :
      bernama, beristri, beruang, berjanggut
    2. 'memakai' contoh :
      berbaju biru, berdasi, berbusana.
    3. melakukan tindakan untuk diri sendiri (refleksif)' contoh : berhias, bercukur, bersolek
    4. 'berada dalam keadaan' contoh :
      bersenang-senang, bermalas-malas, berpesta-ria, berleha-leha.
    5. 'saling', atau 'timbal-balik' (resiprok) contoh :
      bergelut, bertinju bersalaman, berbalasan.
    6. dll.
  1. Prefiks pe-, berfungsi membentuk kata benda.(dan kata kerja, kata sifat, dan kata benda sendiri). Prefiks ini mendukung makna gramatikal :
    1. 'pelaku tindakan seperti tersebut dalam kata dasar contoh : penguji, pemisah, pemirsa, penerjemah, penggubah, pengubah, penatar, penyuruh, penambang.
    2. 'alat untuk me...' contoh :
      perekat, pengukur, penghadang, penggaris
    3. 'orang yang gemar' contoh :
      penjudi, pemabuk, peminum, pencuri pecandu, pemadat.
    4. 'orang yang di ...' contoh :
      petatar, pesuruh.
    5. 'alat untuk ...' contoh :
      perasa, penglihat, penggali
      .
    6. dll.
  1. Prefiks per-, befungsi membentuk kata kerja imperatif. Mengandung arti :
    1. 'membuat jadi' (kausatif) contoh: perbudak, perhamba, pertuan.
    2. 'membuat Iebih' contoh. pertajam, perkecil, perbesar, perkuat
    3. `menbagi jadi' contoh: pertiga, persembilan dll.
  1. Prefiks di-, berfungsi membentuk kata kerja, dan menyatakan makna pasif, contoh :
    diambil, diketik, ditulis, dijemput, dikelola.
  2. Prefiks ter-, berfungsi membentuk kata kerja (pasif) atau kata sifat. Arti yang dimiliki antara lain ialah :
    1. ' dalam keadaan di ' contoh :
      terkunci, terikat, tertutup, terpendam, tertumpuk, terlambat.
    2. ' dikenai tindakan secara tak sengaja ', contoh :
      tertinju, terbawa, terpukul.
    3. ' dapat di- ', contoh :
      terangkat, termakan, tertampung.
    4. ' paling (superlatif) ', contoh :
      terbaik, terjauh, terkuat, termahal, terburuk.
    5. dll.
  1. Prefiks ke-, berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata kerja.

    Sebagai pembentuk kata benda, prefiks ke- bermakna gramatikal 'yang di ... i', atau 'yang di ... kan', seperti pada kata kekasih dan ketua.
  2. Sufiks -an, berfungsi membentuk kata benda.
    Prefiks ini mengandung arti :
    1. ' hasil ' atau ' akibat dari me- ' contoh :
      tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman, buatan,tinjauan, masukan.
    2. ' alat untuk melakukan pekerjaan ' contoh :
      timbangan, gilingan, gantungan.
    3. ' setiap ' contoh :
      harian, bulanan, tahunan, mingguan
      .
    4. ' kumpulan ', atau ' seperti ', atau ' banyak ' contoh :
      lautan, durian, rambutan.
    5. dll.
  1. Konfiks ke-an, berfungsi membentuk kata benda abstrak, kata sifat, dan kata kerja pasif. Konfiks ini bermakna :
    1. ' hal tentang ' contoh :
      kesusastraan, kehutanan, keadilan, kemanusiaan, kemasyarakatan, ketidakmampuan, kelaziman.
    2. ' yang di...i ' contoh :
      kegemaran ' yang digemari ', kesukaan ' yang disukai ', kecintaan ' yang dicintai '..
    3. ' kena ', atau ' terkena ' contoh :
      kecopetan, kejatuhan, kehujanan, kebanjiran, kecolongan.
    4. ' terlalu 'contoh :
      kebesaran, kekecilan, kelonggaran, ketakutan.
    5. ' seperti ' contoh :
      kekanak-kanakan, kemerah-merahan.
    6. dll.
  1. Konfiks pe-an, berfungsi membentuk kata benda. Arfi konfiks ini di antaranya ialah :
    1. ' proses ' contoh :
      pemeriksaan ' proses memeriksa ',
      penyesuaian
      ' proses menyesuaikan ',
      pelebaran
      ' proses melebarkan '.
    2. ' apa yang di- ' contoh :
      pengetahuan
      ' apa yang diketahui ',
      pengalaman
      ' apa yang dialami ' ,
      pendapatan
      ' apa yang didapat '
    3. dll.
  1. Konfiks per-an, befungsi membentuk kata benda. Arti konfiks ini ialah :
    1. ' perihal ber- ' contoh :
      persahabatan
      ' perihal bersahabat ',
      perdagangan
      ' perihal berdagang ',
      perkebunan
      ' perihal berkebun ',
      pertemuan
      ' perihal bertemu '.
    2. ' tempat untuk ber- ' contoh :
      perhentian, perburuan persimpangan, pertapaan.
    3. ' apa yang di ' contoh :
      pertanyaan, perkataan.
    4. dll.
Afiks Produktif dan Afiks Improduktif
Afiks produktif ialah afiks yang mampu menghasilkam terus dan dapat digunakan secara teratur membentuk unsur-unsur baru.
Yang termasuk afiks produktif ialah :
me-, di-, pe-, ber-, -an, -i, pe-an, per- an,
dan ke-an.

Sedangkan yang termasuk afiks improduktif ialah :
sisipan -el-, -em-, er-, atau akhiran -wati,

Afiks Serapan
Untuk memperkaya khazanah bahasa Indonesia, kita menyerap unsur-unsur dari bahasa daerah dan bahasa asing. Conloh afiks serapan :
  1. dwi- :
    dwlingga, dwipurwa, dwiwarna, dwipihak, dwifungsi.
  2. pra- :
    praduga, prasangka, prasejarah, prasarana, prakiraan, prasaran, prabakti, prasetia, prawacana, prakata.
  3. swa- :
    swalayan. swadesi, swasembada, swapraja, swatantra, swadaya, swasta.
  4. awa- :
    awamang, awagas, awabau, awaracun, awalengas.
  5. a-, ab- :
    asusila, amoral, ateis, abnormal.
  6. anti- :
    antipati, antiklimaks, antitoksin, antihama, antiseptik
  7. homo- :
    homogen, homoseks, homofon, homonim, homograf, homorgan.
  8. auto- : autodidak, autokrasi, autobiografi, automobil, autonomi.
  9. hipo- :
    Hiponim,hipotesis, hipokrit, hipovitaminosis.
  10. poli- :
    polisemi, poligami, poliandri, polisilabis, poliklinik
  11. sin- :
    sintesis, sinonim, sintaksis, sinkronis, simpati, simposium
  12. tele- :
    telepon, telegraf, telegram, telepati, teleskop, teleks.
  13. trans- :
    transaksi, transisi, transportasi, transkripsi, transmisi, transliterasi, transfirmasi, transmigrasi,transfer, transitif.
  14. inter- :
    interaksi, interelasi, interupsi, internasional, intersuler, intermeso, interlokal, dan lain - lain.
  15. isasi- :
    modernisasi, tabletisasi, pompanisasi, kuningisasi, dan lain-lain
Reduplikasi (Pengulangan
Reduplikasi adalah proses pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk dasar. Ada beberapa macam reduplikasi, sebagai berikut :
  1. Kata ulang penuh, yaitu yang diperoleh dengan mengulang seluruh bentuk dasar ; ada dua. macam :
    1. Yang bentuk dasarnya sebuah morfem bebas, disebut dwilingga :
      ibu-ibu, buku-buku, murid-murid
    2. Yang bentuk dasarnya kata berimbuhan :
      ujian-ujian, kunjungan-kunjungan, persoalan-persoalan
  1. Dwipurwa, yang terjadi karena pengulangan suku pertama dari bentuk dasarnya :
    reranting, lelaki, leluhur, tetangga, kekasih, lelembut

    Di antara dwipurwa ada yang mendapat akhiran, seperti kata ulang pepohonan, rerumputan, dan tetanaman.
  2. Dwilingga salin suara adalah dwilingga yang mengalami perubahan bunyi :
    sayur-mayur, mondar-mandir, gerak-gerik, bolak-baliki,seluk-beluk, compang-camping, hingar-bingar, hiruk-pikuk, ramah-tamah, serba-serbi, serta-merta
    , dan lain-lain.
  3. Kata ulang berimbuhan :
    berjalan-jalan, anak-anakan, guruh-gem uruh, rias-merias, tulis-menulis, berbalas-balasan, kekanak-kanakan, mengulur-ulur, meraba-raba, menjulur-julurkan
    , dan lain-lain.
  4. Kata ulang semu ( bentuk ini sebenarnya merupakan kata dasar, jadi bukan hasil pengulangan atau redupikasi ) :
    laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, dan empek-empek
Arti Reduplikasi
Reduplikasi menyatakan arti antara lain sebagai berikut:
  1. 'Jamak'
    Murid-murid berkumpul di halaman sekolah.  Di perpusatakaan terdapat buku-buku pelajaran.
  2. 'intensitas kualitatif'
    Anto menggandeng tangan Anti erat-erat.  Baju yang dijual di toko itu bagus-bagus.
  3. 'intensitas kuantitatif'
    Berjuta-juta penduduk Bosnia menderita akibat perang berkepanjangan.  Kapal itu mengangkut beratus-ratus peti kemas.
  4. 'intensitas frekuentatif'
    Orang itu berjalan mondar-mandir.  Pada akhir bulan ini ayah pergi-pergi saja.  Berkali-kali anak itu dimarahi ibunya.
  5. 'melemahkan'
    Warna bajunya putih kehijau-hijauan.  Wati tersenyum kemalu-maluan melihat calon mertuanya datang.
  6. 'bermacam-macam'
    Pepohonan menghiasi puncak bukit itu.  lbu membeli buah-buahan. Sayur-mayur dijual di pasar itu.
  7. 'menyerupai'
    Tingkah laku orang itu kekanak-kanakan. Orang-orangan dipasang di tengah sawah.  Adik bermain mobil-mobilan.
  8. 'resiproks (saling)'
    Mereka tolong-menolong menggarap ladang.  Kedua anak itu berpukul-pukulan setelah cekcok mulut
  9. 'dalam keadaan'
    Dimakannya singkong itu mentah-mentah.  Pada zaman jahiliyah banyak orang dikubur hidup-hidup.
  10. 'walaupun meskipun'
    Kecil-kecil, Mang Memet berani juga melawan perampok itu.
  11. 'perihal'
    Ibu-ibu PKK di Kampung Bugis menyelenggarakan kursus masak-memasak dan jahit-menjahit.  Sekretatis di kantor kami bukan hanya menangani surat-menyurat, tetapi juga pembukuan dan daftar gaji pegawai.
  12. 'seenaknya, semaunya atau tidak serius'
    Saya melihat tiga orang remaja duduk-duduk di hawah pohon Kerjanya hanya tidur-tiduran saja.  Adik membaca-baca majalah di kamar.
  13. 'tindakan untuk bersenang-senang'
    Mereka makan-makan di restoran tadi malam
Komposisi
Komposisi ialah proses pembentukan kata majemuk atau kompositum. Kata majemuk ialah gabungan kata yang telah bersenyawa atau membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru, contoh : kamar mandi, kereta api, rumah makan, baju tidur.
Gabungan kata yang juga membentuk satu kesatuan, tetapi tidak menimbulkan makna baru disebut frase, contoh: sapu ijuk, meja itu, kepala botak, rambut gondrong, mulut lebar.
Jenis kata Majemuk
  1. Kata majemuk setara, yang masing-masing unsurnya berkedudukan sama, contoh :
    tua muda, laki bini, tegur sapa, besar kecil, ibu bapak, tipu muslihat
    dan baik buruk
  2. Kata majemuk bertingkat, yaitu yang salah satu unsurnya menjelaskan unsur yang lain. Jenis kata majemuk itu bersifat endosentris, yakni salah satu unsurnya dapat mewakili seluruh konstruksi, contoh :
    kamar mandi, sapu tangan, meja gambar
    , dan meja tulis.
Kelas Kata
Kata ialah satuan bahasa terkecil yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatikal, dan yang dapat berdiri sendiri serta dapat dituturkan sebagai bentuk bebas.
Ada dua jenis kata: kata dasar, yakni kata yang belum mengalami proses morfologis, dan kata jadian, yakni kata yang sudah mengalami proses morfologis.
Yang termasuk kata jadian ialah kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.
Kata dasar sering juga dinamakan kata tunggal, yaitu kata yang hanya terdiri atas satu morfem, sedangkan kata Jadian yang terdiri atas beberapa morfem, disebut juga kata kompleks.
Kelas kata ialah pengelompokan kata berdasarkan perilaku atau sifat kata tersebut dalam kalimat. Kata-kata yang memiliki sifat atau perilaku sama dikelompokkan dalam satu kelas kata. Misalnya:
la tidak belajar.       Ia bukan pelajar.    Ia agak tinggi.
Ia tidak membaca.   Ia bukan pemalas.  Ia lebih tinggi.
la tidak bekerja.      Ia bukan guru.       Ia paling tinggi.
Kata belajar, membaca, bekerja mempunyai perilaku sama, dan karena itu ketiga kata tersebut dikelompokkan menjadi satu kelas kata. Sebaliknya kata pelajar berbeda dari kata belajar; terbukti bahwa kata pelajar tidak dapat ditempatkan setelah kata tidak. Selanjutnya kata belajar maupun pelajar berbeda dari kata tinggi; terbukti bahwa kedua kata itu tidak dapat didahului oleh kata agak, lebih atau paling.
Berdasarkan perilakunya seperti di atas, kata belajar, membaca, dan bekerja dikelompokkan ke dalam satu kelas kata kerja. Kata pelajar, pemalas, guru digolongkan ke dalam kelas kata benda. Sedang kata-kata yang sama dengan kata tinggi dikelompokkan menjadi satu kelas kata sifat. Selain ketiga kelas tersebut terdapat kelas lain, yakni kelas kata tugas .
Kata Benda
Kata benda disebut juga nomina (substantiva), yaitu semua kata yang dapat diterangkan atau yang diperluas dengan frase yang + kata sifat. Misalnya :
  • bunga yang indah,
  • sekretaris yang terampil,
  • guru yang bijaksana,
  • siswa yang cendekia,
  • Tuhan yang Maha Esa,
  • udara yang segar,
  • persoalan yang rumitl,
  • perjanjian yang gagal,
  • keadilan yang rapuh.
    Semua kata yang tercetak miring adalah nomina.
Dalam sebuah wacana, sering kata benda diganti kedudukannya oleh kata yang lain. Misalnya:

"Kemarin Amir, mengatakan kepada Hendro dan Herman bahwa Amir akan menemui Hendro dan Herman di tempat yang sama".

yang sering dan lebih wajar jika dituturkan kembali menjadi:

"Kemarin Amir mengatakan kepada Hendro dan Herman bahwa dia akan menemui mereka di tempat yang sama'.

Kata dia yang menggantikan Amir dan mereka yang menggantikan Hendro dan Herman adalah kata ganti atau pronomina.

Dalam tata bahasa tradisional kata benda dibedakan atas:

  1. Kata benda abstrak,seperti kejujuran.
  2. Kata benda konkret, misalnya gedung.
  3. Kata benda nama diri, yang huruf awalnya selalu ditulis dengan huruf kapital, misalnya Amir Kata benda kumpulan, seperti regu, masyarakat, tim, kelas, keluarga.
Selanjutnya kata ganti juga dibedakan atas beberapa subkelas :
  1. Kata ganti orang : dia, mereka, engkau, saudara, anda.
  2. Kata ganti tunjuk : ini, itu.
  3. Kata ganti hubung: yang, tempat, serta.
  4. Kata ganti tanya : apa, siapa, kapan, berapa.
Kata Kerja
adalah Semua kata yang dapat diperluas atau dijelaskan dengan frase dengan + kata sifat, misalnya :
  • membaca dengan lancar,
  • belajar dengan sungguh-sungguh,
  • berpakaian dengan rapi,
  • makan dengan lahap,
  • berjalan dengan santai,
  • tidur dengan nyenyak,

     
Kata kerja atau verba dibedakan atas :
  1. Kata kerja transitif,
    yaitu kata kerja yang memadukan objek, contoh :
    membeli, memikirkan, mengutarakan, membahas, menertawakan, memahami, menanamkan.

    Antara verba transitif dengan objek langsung tidak boleh disela oleh preposisi atau kata depan. Jadi bentuk ujaran seperti : "Panitia membicarakan tentang keuangan" tidak benar atau rancu. Kalimat di atas dapat dibakukan dengan menghilangkan kata tentang.
  2. Kata kerja transitif ganda,
    ialah kata kerja yang memerlukan objek dua, contoh: membelikan, dan membawakan dalam kalimat
    a. Ayah membelikan adik sepeda mini;
    b. Kakak membawakan kakek barang bawaannya.
  3. Kata kerja intransitif, ialah kata kerja yang tidak memerlukan objek, contoh :
    berlari, berdiri, tertawa, menyanyi, merokok, melamun.
  4. Kata kerja reflektif,
    yang menyatakan tindakan untuk diri sendiri, contoh :
    bersolek, berhias, bercukur, bercermin, mengaca.
  5. Kata kerja resiproks,
    yang menunjukkan tindakan atau perbuatan berbalasan atau menyatakan makna saling, contoh :
    bergelut, berpandangan, bergandengan, bertinju, pukul-memuku,l surat-suratan, senggol-senggolan.

    Sehubungan dengan kata kerja ini, kita sering membuat kesalahan dengan menambahkan kata saling di depan kata kerja ini, misalnya:
    saling tolong-menolong, saling bergandengan, saling bertinju.

    Semua bentuk pengungkapan tersebut salah atau rancu, dan dapat dibetulkan dengan menghilangkan kata saling, atau mengubah menjadi saling menolong, saling menggandeng, saling meninju.
  6. Kata kerja instrumental,
    yang menunjuk sarana perbuatan :
    mengetik, bermotor, bersepeda, membajak,
    dan mengetam.
  7. Kata kerja aktif,
    yang subjeknya melakukan tindakan seperti yang dimaksud. Biasanya berawalan me- atau ber-, contoh :
    menyanyi, mengungkit, berdebat, dan bermalam.
  8. Kata kerja pasif,
    yang subjeknya menjadi sasaran dari tindakan dimaksud. Biasanya berawalan di-, ter- dan berimbuhan ke- an. contoh :
    dibahas, diminati, diulang, terpukul, tertindas, kecopetan.

    Kata kerja yang menduduki fungsi predikat disebut kata kerja finit (predikatif), sedang kata kerja yang berfungsi nominal atau berfungsi sebagai kata benda, yang menduduki fungsi subjek atau objek, dinamakan kata kerja infinit (substantiva). Misalnya dalam kalimat :
    Belajar itu penting dan la belalar membaca. Belajar
    dan membaca adalah verba lnfinit.
Kata Sifat
Semua kata yang dapat diperluas dengan kata lebih, paling, sangat, atau mengambil bentuk se-reduplikasi-nya, adalah kata sifat. Kata ini disebut juga adjektiva, contoh :

lebih cermat, agak membosankan, sangat cantik, semahal-mahalnya
lebih bijaksana, paling enak, sangat mahal, sebaik-baiknya
lebih bahagia, tua sekali, sangat pandai, sejelek-jeleknya
paling menarik, cantik sekali, kurang berharga, seteliti-telitinya


Kata sifat dikatakan berfungsi atributif jika digunakan untuk menjelaskan kata benda, dan kata sifat tersebut bersama-sama dengan kata bendanya membentuk frase nominal. Jika digunakan sebagai predikat sebuah kalimat ia dikatakan berfungsi predikatif Perhatikan contoh berikut :

(1) Mahasiswa baru itu sedang mengikuti penataran P4.
(2) Buku itu baru.

Kata baru dalam kalimat (1) berfungsi atributif, sedangkan dalam kalimat (2) berfungsi predikatif.

Kata Tugas
Kata yang berfungsi total, memperluas atau mentransformasikan kalimat dan tidak dapat menduduki jabatan-jabatan utama dalam kalimat, seperti kata dan, di, dengan, dll. dikelompokkan ke dalam kelas kata tugas. Yang termasuk kata tugas ialah :

(1) Kata depan atau preposisi : di, ke, dari
(2) Kata hubung atau konjungsi : dan, atau, karena, dengan
(3) Kata sandang atau artikula : si, sang, para, kaum
(4) Kata keterangan atau adverbia : sangat, selalu, agak, sedang,
     secepat-cepatnya


1. Ciri - ciri Kata Tugas

  1. Tidak dapat berdiri sendiri sebagai tuturan yang bebas.
  2. Tidak, pernah mendapat imbuhan atau mengalami afiksasi.
    Perhatikan, kata ke, dari, di, tetapi, telah, akan, dsb., tidak mengalami afiksasi !
  3. Berfungsi menyatakan makna gramatikal kalimat. Sebuah kalimat akan berubah artinya jika kata tugasnya diganti dengan kata tugas yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini :
    1. Herman sedang mandi
    2. Herman sudah mandi
    3. Herman belum mandi
    4. Herman akan mandi
    5. Herman selalu mandi
    6. Herman pernah mandi
  4. Jumlah kata tugas hampir tidak, berkembang karena sifat keanggotaannya tertutup. Ini berbeda sekali dengan kata benda, kata kerja atau kata sifat yang terus berkembang dan diperkaya oleh kata-kata baru.
2. Fungsi Kata Tugas

Fungsi kata tugas ialah untuk menperluas atau menyatakan hubungan unsur-unsur kalimat dan menyatakan makna gramatikal atau arti struktural kalimat tersebut. Secara terinci kata tugas berfungsi untuk menunjukkan hubungan :

  1. arah : di, ke, dati
  2. pelaku perbuatan : oleh
  3. penggabungan : dan, lagi, pula, pun, serta, tambahan
  4. kelangsungan : sedang, akan, sudah, belum, pernah, sesekali
  5. waktu : ketika, tatkala, selagi, waktu, saat, sejak
  6. pemilihan : atau
  7. pertentangan : tetapi, padahal, namun, walaupun, meskipun, sedangkan
  8. pembandingan : seperti, sebagai, penaka, serasa, ibarat, bagai, daripada, mirip, persis
  9. persyaratan : jika, asalkan,kalau,jikalau,sekiranya, seandainya, seumpama, asal
  10. sebab : sebab, karena, oleh karena
  11. akibat : hingga, sehingga, sampai-sampai, sampai, akibatnya
  12. pembatasan : hanya, saja, melulu, sekadar, kecuali
  13. pengingkaran : bukan, tidak, jangan
  14. peniadaan : tanpa
  15. penerusan : maka, lalu, selanjutnya, kemudian
  16. penegasan : bahwa, bahwasanya, memang
  17. derajat : agak, cukup, kurang, lebih, amat, sangat, paling
  18. tujuan : agar, biar, supaya, untuk
  19. peningkatan : makin, semakin, kian, bertambah
  20. penyangsian : agaknya, kalau-kalau, jangan-jangan
  21. pengharapan : moga-moga, semoga, mudah-mudahan, sudilah
  22. orangan : sang, si, yang, para, kaum
  23. menjelaskan : ialah, adalah, yaitu, yakni, merupakan
Kata tugas yang menyatakan hubungan arah di dan ke, yang merupakan kata yang penuh berdiri sendiri dan dipisahkan dari kata yang mengikuti, sering dikacaukan dengan prefiks di- dan ke- yang harus digabung dengan bentuk dasarnya.

Perhatikan perbedaan berikut:
  • di sini , ke sini, ditulisi, kedua
  • di sana, ke samping, dikemukakan, kegemaran
  • di dalam, ke luar daerah, dikelilingi, kekasih
  • di bawah, ke Surabaya, dikeluarkan, kedalaman
  • di luar kota, ke utara, diutarakan, keringanan