LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNARUNGU
Tunarungu adalah anak
yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau
kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan
pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan layanan pendidikan
khusus.
Klasifikasi :
a. Berdasarkan tingkat
kehilangan pendengaran : => diukur dengan
alat audiometer Standar ISO (International Standar Organization)
1. Sangat ringan : 27 – 40 dB
2. Ringan : 41 – 55 dB
3. Sedang : 56 – 70 dB
4. Berat : 71 – 90 dB
5. Sangat Berat : 91 dB ke atas
Catt : No. 1 s/d 4 : kurang dengar
No 5 : Tuli
b. Berdasarkan saat terjadi
ketunarunguan :
1. Ketunarunguan Prabahasa
ð Kehilangan pendengaran
yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
2. Ketunarunguan Pasca Bahasa
ð Kehilangan pendengaran
yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
c. Berdasarkan letak gangguan
pendengaran
1. Tunarungu tipe konduktif
ð Disebabkan oleh rusaknya
telinga bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi atau
penghantar getaran suara menuju telinga bagian tengah.
2. Tunarungu tipe
sensorineural
ð Terjadi kkarena rusaknya
telinga bagian dalam serta sayaraf pendengaran.
3. Tunarungu tipe campuran
yang merupakan gabungan tipe konduktif dan sensorik.
ð Kerusakan pada telinga
bagian luar/tengah dan telinga bagian dalam/syaraf pendengaran.
d. Berdasarkan etilogi dan
asal usul ketunarunguan
1. Tunarungu endogen
ð Disebabkan oleh faktor
genetik (turunan)
2. Tunarungu eksogen
ð Disebabkan oleh faktor non
genetik (bukan ketuurunan).
Penyebab terjadinya ketunarunguan :
1. Penyebab terjadinya tunarungu tipe konduktif
a. Ketrusakan/gangguan pada
telinga luar
ð Tidak terbentukknya lubang
telinga bagian luar yang dibawa sejak lahir.
b. Terjadi peradangan pada
lubang telinga luar
2. Kerusakan / gangguan pada
telinga tengah
a. Ruda Paksa
ð Tekanan/benturan yang
keras karena jatuh, tabrakan, tertusuk, d.l.l, menyebabkan membran timfani
(selaput gendang dengar pecah) dan
lepasnya rangkaian tulang pendengaran.
b. Terjadi peradangan /
infeksi pada telinga tengah (otitis media).
c. Otosclerosis
d. Tympanisclerosis
e. Anomali Congenital dari
tulang pendengaran
ð Tidak terbentuknya tulang
pendengaran sejak lahir.
f.
Disfungsi tuba eutachius
ð Saluran yang menghubungkan
rongga telinga tengah dengan rongga mulut akibat alergi atau tumor.
3. Penyebab terjadi ketunarunguan
tipe sensorineural :
a. Karena faktor genetik
b. Penyebab non genetik :
-
Rubella Campak Jerman
ð Virus membunuh pertumbuhan
sel-sel dan menyerang jaringan –haringan pada mata, telinga dan atau organ lainnya.
-
Ketidaksamaan antara Rh ibu dan anak (Rh+ dan Rh-)
-
Meningitis => radang selaput otak
-
Trouma akustik
ð Disebabkan oleh adanya
suara bisisng dalam waktu yang lama.
Cara Pencegahan terjadinya Tunarungu
Karakteristik Anak Tunarungu
a. Karakteristik dalam bidang
akademik
-
Intelegensi sama dengan anak normal.
-
Sering ditemui prestasi akademik lebih rendah dibandingkan
denmgan anak mendengar seusianya.
-
Pengembangan kecerdasan dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa
(ATR terlambat bahasanya).
-
ATR yang masih mendengar : bisa mengoceh
-
ATR yang tidak
mendengar : menggunakan isyarat /kesulitan berkomunikasi secara verbal.
-
Kesulitan komunikasi : terjadi karena kosa kata terbatas.
-
Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung
kiasan, sulit mengartikan katakata abstrak, kurang menguasai irama dan gaya bahasa. Oleh karena itu pelajarannya harus berbasis bahasa.
b. Karakteristik Sosial
Emosional
1. Pergaulan yang terbatas
pada sesama tenarungu
2. Sifat egosentris yang
melebihi anak normal.
-
Pemata => pengamatan ebih tertuju pada penglihatan
-
Tunarungu hanya mampu memasukka sebagian kecil “dunia luar ke
dalam dirinya, sehingga nlebih memusatkan perhatiannya pada diri sendiri
(egosentris) =>sehingga kalau ada
keingginan harus selalu dipenuhi.
3. Perasaan takut (khawatir)
terhadap lingkungan luar.
4. Perhatian mereka sukar
dialihkan bila sudah menyenangi sesuatu benda atau pekerjaan tertentu.
5. Cepat marah dan mudah
tersinggung
ð Keterbatasan berbahasa
lisan secara ekspresif ( bicara) meupun resptif (memahami pembicaraan)
Jenis-jenis layanan:
1. Layanan Umum
ð Sama dengan anak pada
umumnya / anak yang mendengar yaitu layanan akademikk, latihan dan bimbingan.
2. Layanan khusus
ð Bertujuan untuk mengurangi
dampak ketunarunguan atau melatih kemampuan yang masih ada, yang meliputi
layanan bina bicara serta layanan bina persepsi bunyi dan irama.
a. Layanan Bina Bicara
ð Bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa
dalam rangkaian kata-kata, agar dapat dimengerti atau diinterpretasikan oleh
orang yang mengajak/diajak bicara. Latihan bina bicara dikenal juga dengan
latihan artikulasi.
b. Layanan Bina Persepsi
Bunyi dan Irama
ð Bertujuan untuk melatih
kepekaan terhadap bunyi dan irama melalui sisa pendengaran atau merasakan
vibrasi (getaran bunyi) bagi siswa yang hanya memiliki sedikit sisa
pendengarannya.
ð Dilatih membedakan bunyi
yang panjang dan pendek, bunyi yang keras dan lembut, kata/kalimat yang panjang
dan pendek, bunyi alat-alat musik, bunyi berbagai irama.
Tempat/Sistem layanan
a. Tempat khusus /sistem
segresi yaitu si SLB.
b. Sekolah umum / sistem
integrasi
c. Sekolah Inklusi / sistem
inklusi
Metode Komunikasi
Keterbatasan utama ATR yitu terlambatnya kemampuan berbicara dan
berbahasa = guru perlu memahami metode komunikasi yang dapat dimengerti oleh
tunarun.
a. Metode Oral.
ð Melalui bahsa lisan.
ð Tahapannya : `
1. Pembentukan dan latihan
bicara (speech building & speech trainning).
2. Memahami ujaran (speech
reading)
3. Latihan pendengaran ( hear
trainning)
b. Metode membaca Ujaran
ð Memanfaatkan penglihatannnya
untuk memahami pembicaraan orang lain melalui geark bibir dan mimik si pembaca.
-
Berhadapan muka dengan lawan bicara.
-
Kelemahannya tidak senua pengucapan bunyi bahasa oleh organ
ortikulasi dapat terlihat oleh lawan bicaranya , nisalnya bilabial (p, b, m)
dan dental (t, d, n)
c. Metode manual (isyarat)
ð Menggunakan bahasa isyarat
dan ejaan jari (fingger spening)
d. Komunikasi Total
ð Dengan menerapkan berbagai
metode dan media komunikasi seperti sistem isyarat ejaan jari, bicara, membaca
ujaran, amplifikasi 9pengerasan suara dengan menggunakan alat bantu dengar,
gesti, menggambar, menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan tunarungu secara perorangan.
Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunarungu
1. Dalam berbicara jangan
membelakangi anak.
2. Anak hendaknya duduk dan
berada di tengah paling depan kelas sehingga memiliki peluang untuk membaca
bibir guru.
3. Bila telinga hanya satu
yang tunarungu, tempatkan anak sehingga telinga yang baik berada dekat dengan
guru.
4. Perhatikan posture anak,
sering anak menggelengkan kepala untuk mendengar.
5. Dorong anak untuk selalu
memperhatikan wajah guru, dan
berbicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala
guru sejajar dengan kepala aanak.
6. Berbicara dengan volume
suara biasa/tidak terlalu cepat tetapi gaeakan bibirnya harus jelas.
7. Materi pelajaran yang
bersifat verbal seperti IPS dan PKN perlu dimodifikasikan atau disederhanakan
dengan bahsa yang dapat dipahami siswa
tunarungu.
8. Anak tunarungu dikenal
sedbagai anak yang miskin kosa kata,
oleh karena itu harus sering memberikan tambahan kosakata. Guru harus
memastikan bahwa anak tunarungu memahami
dengan benar kata-kata atau istilah yang digunakan.
9. Hindarai menggunakan
metode ceramah secara berlebihan, akan tetapi lebih banyak menggunakan metode
yang bersifat visual seperti demontrasi, bermainperan, dan sebagainya.
Media Pembelajaran
1. Media Visual (Media yang
Utama)
-
Gambar, grafik, bagan, diagram, objek nyata, dan sesuatu benda (misalnya mata uang, tumbuhan), objek
tiruan dari objek benda, slides.
2. Media audio : seperti
program kaset untuk latihan pendengaran
misalnya membedakan suara binatang.
3. Media audio visual
seperti televisi (bagi yang masish memiliki sisa pendengaran dan
atau menggunakan alat bantu dengar (hearinh aid)
Evaluasi
Prinsip-prinsip evaluasi bagi pembelajaran ATR :
1. Berkesinambungan
ð Dilakukan dalam
setiap satuan pelajaran (untuk
memperolleh gambaran yang cermat tentang ada tidaknya perubahan posistif pada
anak).
2. Menyeluruh
3. Objektif.
4. Pedagogis.
Bahasa adalah sebagai satu sistem
lambang bunyi yang bersifat abriter yang disepakati secara sosial, yang
digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri.
-
Wujudnya bahasa lisan.
-
Wujud lambangnya bahasa tulisan.
-
Dpat dilambangkan dalam wujud isyarat.
Proses Mendengar :
Bunyi => masuk ke dalam telinga melalui lubang telinga luar (exsternal auditiry canal) =>
menggetarkan selaput gendang dengar
(membran timpani) => getaran diteruskan olelh ketiga tulang pendengaran yang
menempel pada bbagian tengah (maneus, inncus dan stapes) ke coclea, dalam
coglea ada organ corti yang merubah
ggetaran bunyi menjadi impuls listrik yang diteruskan oleh syaraf pendengaran
ke pusat pendengaran di otak dan impuls
listrik tersebut menjadi kesan suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar