Minggu, 27 Desember 2015

LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNARUNGU



LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNARUNGU

            Tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus.

Klasifikasi :
a.      Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran : => diukur dengan  alat audiometer Standar ISO (International Standar Organization)
1.      Sangat ringan        : 27 – 40 dB
2.      Ringan                   : 41 – 55 dB
3.      Sedang                  : 56 – 70 dB
4.      Berat                     : 71 – 90 dB
5.      Sangat Berat         : 91 dB ke atas
Catt :  No. 1 s/d 4 : kurang dengar
           No 5 :  Tuli
b.      Berdasarkan saat terjadi ketunarunguan :
1.      Ketunarunguan Prabahasa
ð  Kehilangan pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
2.      Ketunarunguan Pasca Bahasa
ð  Kehilangan pendengaran yang terjadi beberapa tahun setelah kemampuan bicara dan bahasa berkembang.
c.       Berdasarkan letak gangguan pendengaran
1.      Tunarungu tipe konduktif
ð  Disebabkan oleh rusaknya telinga bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi atau penghantar getaran suara menuju telinga bagian tengah.
2.      Tunarungu tipe sensorineural
ð  Terjadi kkarena rusaknya telinga bagian dalam serta sayaraf pendengaran.
3.      Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan tipe konduktif dan sensorik.
ð  Kerusakan pada telinga bagian luar/tengah dan telinga bagian dalam/syaraf pendengaran.
d.      Berdasarkan etilogi dan asal usul ketunarunguan
1.      Tunarungu endogen
ð  Disebabkan oleh faktor genetik (turunan)
2.      Tunarungu eksogen
ð  Disebabkan oleh faktor non genetik (bukan ketuurunan).

Penyebab terjadinya ketunarunguan :
1.      Penyebab  terjadinya tunarungu tipe konduktif
a.      Ketrusakan/gangguan pada telinga luar
ð  Tidak terbentukknya lubang telinga bagian luar yang dibawa sejak lahir.
b.      Terjadi peradangan pada lubang telinga luar
2.      Kerusakan / gangguan pada telinga  tengah
a.      Ruda Paksa
ð  Tekanan/benturan yang keras karena jatuh, tabrakan, tertusuk, d.l.l, menyebabkan membran timfani (selaput  gendang dengar pecah) dan lepasnya rangkaian tulang pendengaran.
b.      Terjadi peradangan / infeksi pada telinga tengah (otitis media).
c.       Otosclerosis
d.      Tympanisclerosis
e.      Anomali Congenital dari tulang pendengaran
ð  Tidak terbentuknya tulang pendengaran sejak lahir.
f.        Disfungsi tuba eutachius
ð  Saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan rongga mulut akibat  alergi atau tumor.

3.      Penyebab terjadi ketunarunguan tipe sensorineural :
a.      Karena faktor genetik
b.      Penyebab non genetik :
-          Rubella Campak Jerman
ð  Virus membunuh pertumbuhan sel-sel dan menyerang jaringan –haringan pada mata, telinga  dan atau organ lainnya.
-          Ketidaksamaan antara Rh ibu dan anak (Rh+ dan Rh-)
-          Meningitis => radang selaput otak
-          Trouma akustik
ð  Disebabkan oleh adanya suara bisisng dalam waktu  yang lama.

Cara  Pencegahan terjadinya  Tunarungu

Karakteristik Anak Tunarungu
a.      Karakteristik dalam bidang akademik
-          Intelegensi sama dengan anak normal.
-          Sering ditemui prestasi akademik lebih rendah dibandingkan denmgan anak mendengar seusianya.
-          Pengembangan kecerdasan dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa (ATR terlambat bahasanya).
-          ATR yang masih mendengar : bisa mengoceh
-          ATR  yang tidak mendengar : menggunakan isyarat /kesulitan berkomunikasi secara verbal.
-          Kesulitan komunikasi : terjadi karena kosa kata terbatas.
-          Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung kiasan, sulit mengartikan katakata abstrak, kurang menguasai  irama dan gaya  bahasa. Oleh karena itu  pelajarannya harus berbasis bahasa.


b.      Karakteristik Sosial Emosional
1.      Pergaulan yang terbatas pada sesama tenarungu
2.      Sifat egosentris yang melebihi anak normal.
-          Pemata => pengamatan ebih tertuju pada penglihatan
-          Tunarungu hanya mampu memasukka sebagian kecil “dunia luar ke dalam dirinya, sehingga nlebih memusatkan perhatiannya pada diri sendiri (egosentris) =>sehingga  kalau ada keingginan harus selalu dipenuhi.
3.      Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan luar.
4.      Perhatian mereka sukar dialihkan bila sudah menyenangi sesuatu benda atau pekerjaan tertentu.
5.      Cepat marah dan mudah tersinggung
ð  Keterbatasan berbahasa lisan secara ekspresif ( bicara) meupun resptif (memahami pembicaraan)

Jenis-jenis layanan:
1.      Layanan Umum
ð  Sama dengan anak pada umumnya / anak yang mendengar yaitu layanan akademikk, latihan dan bimbingan.
2.      Layanan khusus
ð  Bertujuan untuk mengurangi dampak ketunarunguan atau melatih kemampuan yang masih ada, yang meliputi layanan bina bicara serta layanan bina persepsi bunyi dan irama.
a.      Layanan Bina Bicara
ð  Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak tunarungu dalam mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa dalam rangkaian kata-kata, agar dapat dimengerti atau diinterpretasikan oleh orang yang mengajak/diajak bicara. Latihan bina bicara dikenal juga dengan latihan artikulasi.
b.      Layanan Bina Persepsi Bunyi dan Irama
ð  Bertujuan untuk melatih kepekaan terhadap bunyi dan irama melalui sisa pendengaran atau merasakan vibrasi (getaran bunyi) bagi siswa yang hanya memiliki sedikit sisa pendengarannya.
ð  Dilatih membedakan bunyi yang panjang dan pendek, bunyi yang keras dan lembut, kata/kalimat yang panjang dan pendek, bunyi alat-alat musik, bunyi berbagai irama.

Tempat/Sistem layanan
a.      Tempat khusus /sistem segresi  yaitu si SLB.
b.      Sekolah umum / sistem integrasi
c.       Sekolah Inklusi / sistem inklusi

Metode Komunikasi
Keterbatasan utama ATR yitu terlambatnya kemampuan berbicara dan berbahasa = guru perlu memahami metode komunikasi yang dapat dimengerti oleh tunarun.
a.      Metode Oral.
ð  Melalui bahsa lisan.
ð  Tahapannya : `
1.      Pembentukan dan  latihan  bicara (speech building & speech trainning).
2.      Memahami ujaran (speech reading)
3.      Latihan pendengaran ( hear trainning)
b.      Metode membaca Ujaran
ð  Memanfaatkan penglihatannnya untuk memahami pembicaraan orang lain melalui geark bibir dan mimik si pembaca.
-          Berhadapan muka dengan lawan bicara.
-          Kelemahannya tidak senua pengucapan bunyi bahasa oleh organ ortikulasi dapat terlihat oleh lawan bicaranya , nisalnya bilabial (p, b, m) dan dental (t, d, n)
c.       Metode manual (isyarat)
ð  Menggunakan bahasa isyarat dan ejaan jari (fingger spening)
d.      Komunikasi Total
ð  Dengan menerapkan berbagai metode dan media komunikasi seperti sistem isyarat ejaan jari, bicara, membaca ujaran, amplifikasi 9pengerasan suara dengan menggunakan alat bantu dengar, gesti, menggambar, menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan tunarungu secara perorangan.

Kebutuhan Pembelajaran Anak Tunarungu
1.      Dalam berbicara jangan membelakangi anak.
2.      Anak hendaknya duduk dan berada di tengah paling depan kelas sehingga memiliki peluang untuk membaca bibir guru.
3.      Bila telinga hanya satu yang tunarungu, tempatkan anak sehingga telinga yang baik berada dekat dengan guru.
4.      Perhatikan posture anak, sering anak menggelengkan kepala untuk mendengar.
5.      Dorong anak untuk selalu memperhatikan  wajah guru, dan berbicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala aanak.
6.      Berbicara dengan volume suara biasa/tidak terlalu cepat tetapi gaeakan bibirnya harus jelas.
7.      Materi pelajaran yang bersifat verbal seperti IPS dan PKN perlu dimodifikasikan atau disederhanakan dengan bahsa  yang dapat dipahami siswa tunarungu.
8.      Anak tunarungu dikenal sedbagai anak  yang miskin kosa kata, oleh karena itu harus sering memberikan tambahan kosakata. Guru harus memastikan  bahwa anak tunarungu memahami dengan benar kata-kata atau istilah yang digunakan.
9.      Hindarai menggunakan metode ceramah secara berlebihan, akan tetapi lebih banyak menggunakan metode yang bersifat visual seperti demontrasi, bermainperan, dan sebagainya.


 Media Pembelajaran
1.      Media Visual (Media yang Utama)
-          Gambar, grafik, bagan, diagram,  objek nyata, dan sesuatu  benda (misalnya mata uang, tumbuhan), objek tiruan dari objek  benda, slides.
2.      Media audio : seperti program  kaset untuk latihan pendengaran misalnya membedakan suara binatang.
3.      Media audio visual seperti  televisi (bagi  yang masish memiliki sisa pendengaran dan atau menggunakan alat bantu dengar (hearinh aid)

Evaluasi
Prinsip-prinsip evaluasi bagi pembelajaran ATR :
1.      Berkesinambungan
ð  Dilakukan dalam setiap  satuan pelajaran (untuk memperolleh gambaran yang cermat tentang ada tidaknya perubahan posistif pada anak).
2.      Menyeluruh
3.      Objektif.
4.      Pedagogis.



Bahasa  adalah sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat abriter yang disepakati secara sosial, yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri.
-           Wujudnya bahasa lisan.
-          Wujud lambangnya bahasa tulisan.
-          Dpat dilambangkan dalam wujud isyarat.



Proses Mendengar :
Bunyi => masuk ke dalam telinga melalui lubang telinga  luar (exsternal auditiry canal) => menggetarkan selaput gendang  dengar (membran timpani) => getaran diteruskan olelh ketiga tulang pendengaran yang menempel pada bbagian tengah (maneus, inncus dan stapes) ke coclea, dalam coglea ada organ corti yang  merubah ggetaran bunyi menjadi impuls listrik yang diteruskan oleh syaraf pendengaran ke pusat  pendengaran di otak dan impuls listrik tersebut menjadi kesan suara.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar