Selasa, 29 Desember 2015

CERPENKU DALAM DIAM AKU MENCINTAIMU








Dalam Diam Aku Mencintaimu
Karya    : Kholilatun Hasanah
Kelas     : XXI ips 2


“Door”
“huuaaa!!!!” Anggi menjerit sekencang-kencang saat ada orang yang menganggetkannya disusul suara gelak tawa.
“Ha ha ha ha, kaget yah loe”. “Reno….., Berhentiii untuk ngagetin gue” Geram Anggi sambil ngelus dada.
Matanya menyipit menatap kearah sosok yang lebih akrab di panggil Reno yang kini masih tampak berusaha menahan tawanya.
“kayanya loe seneng banget yah, kalau gue sampe mati muda gara-gara dikagetin loe mulu”.
“Jangan lebaaay. Loe ga ngidap lemah jantung jadi gimana cerita nya bisa mati muda” Cibir Reno.
Dan sebelum mulut Anggi terbuka ia sudah terlebih dahulu memotongnya.
“Loe pasti udah nungguin gue kan . Yaudah kalau gitu kita berangkat”.
Walau masih kesel tak urung Anggi mengangguk ngangguk. Memang sudah hampir 15 menit ia menunggu Reno sebelum dikagetkan dengan tiba-tiba saat ia sedang memperhatikan tanaman cabenya yang berdaun kriting (???).Biasanya mereka memang pulang pergi kuliah bareng. Kebetulan selain sekampus mereka juga tetanggaan.
Sepanjang perjalanan tak henti mereka bercanda tawa. Reno memang asyik diajak ngobrol.Ditambah lagi mereka sudah bersahabat sejak kecil. Tak heran keduanya terlihat begitu akrab.
“Oh ya, hari ini loe masuk berapa mata kuliah?” Tanya Reno sambil melepaskan helmnya. Saat itu mereka memang sudah sampai dihalaman parker kampus.
“Dua , loe?”
“Sama, ya udah kalau gitu entar habis kuliah kita jalan yuk.Hari ini ada pembukaan pasar hiburan dilapangan”.
Anggi terdiam. Pasang wajah sok mikir.Jalan bareng sama Reno?.Asik juga ,walau Reno notabenenya sahabat, tapi kan selama ini dia menyukainya diam-diam. Dan kali ini dia diajak jalan,itu termasuk kencan bukan sih?.Tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman samar.
“Enggak usah kelamaaan mikir.Entar loe tunggu gue disini.Kita jalan titik!” Tandas reno tegas.
Kali ini tanpa pikir panjang Anggi langsung mengangguk. Membuat Reno ikutan tersenyum sebelum benar-benar berlalu.kebetulan kelas mereka berlawanan arah.
“Ehem,kayaknya ada yang lagi seneng nie?” Anggi menoleh, mendapati Irma yang kini telah duduk disampingnya.Menyadari sahabatnya itu sedang berkata padanya Anggi hanya mampu membalas dengan senyuman kaku.
“Ada apa nie.Cerita dong”.
Kali ini Anggi hanya menggeleng.Irma sedikit kecewa,tapi ia tidak berniat untuk mendesaknya lebih lanjut dan memilih mengalihkan pembicaraan .
“Oh ya nggi, Tadi loe pergi bareng siapa ?”
“Reno” Balas Anggi santai tanpa meperhatikan wajah Irma yang jelas terlihat antusias.
“Ehem ,sebenernya loe punya hubungan apa sih ama tuh orang?”.
“He?” Reflek Anggi menoleh.Menatap lurus kearah Irma yang kini juga sedang menatapnya lurus.
“Loe pacaran ya sama dia?.Abis gue liat loe selalu bareng ama dia”selidik Irma lagi.
“Ha?. Ya engga lah. Apaan si loe. Loe kan tau gue itu Cuma tetanggaan ama dia”.
“Beneran?”
Tanpa ragu Anggi mengangguk cepat.Gantian dia yang merasa heran saat melihat senyum lega terukir diwajah Irma .
“Kalau gitu loe bisa bantuin gue kan?” Tanya Irma penuh harap.
“Bantuin?. Bantuin apa?” Tanya Anggi sambil mengalihkan tatapannya dari Irma. Tangannya mengeluarkan buku dari dalam tas.Makin heran kenapa ada komik sincan ?.Otaknya segera berfikir , apa ini punya adiknya yah?. Tapi kok bisa nyasar didalam tasnya?.
“Gue suka sama Reno “.
Komik sincan yang sedari tadi dibolak balik anggi langsung jatuh dimeja . Dia segera menatap Irma yang tampak menunduk malu, tak menyadari ekspresi shok diwajah sahabatnya akan ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya.
“karena itu , gue mau minta bantuan ama loe, loe kan temennya dia. Gue juga temennya loe kan?.Jadi gimana kalau loe jadi mak comblang kita?”.
Anggi terdiam terpaku. Dia tidak salah dengarkan ?. Irma memintanya menjadi mak comblang untuk hubungannya dengan Reno yang jelas-jelas sudah ditaksir olehnya sejak lama . Tidak,tidak. Kata ‘naksir’ sepertinya kurang tepat . Ini bahkan lebih dari itu. Dia dengan sadar menyadari kalau ia jatuh cinta pada tetangga rumahnya.
“Loe mau kan bantuin gue?” Tanya Irma sambil mengangkat wajahnya. Tersenyum harap pada anggi.
“Gue…..”.
“Sstt… kita ngobrolnya entar aja. Pak Alvino masuk” potong Irma sambil mengarahkan telunjuknya kearah pintu.
Irma terdiam. Bingung dengan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.bahkan telinganya sama sekali tak mampu menangkap apa yang diajarkan pak Alvino. Dosen sastra idola kampusnya. Pikiranya terfokus pada permintaan Irma . Ya tuhan , apa yang harus aku lakukan ?.
Dengan lemas anggi melangkah beriringan bersama Irma yang kini tersenyum lebar. Tadi seusai pak Alvino keluar dari kelasnya Irma kembali membujuknya .Bahkan ia sama sekali tidak sadar kalau kepala nya mengangguk menyetujui hingga membuatnya kini  penyesalan tiada henti. Ia juga bingung apa yang harus ia katakan pada reno nantinya. Mana mereka  rencananya hari ini mau jalan bareng lagi. Dan belum sempat ia menemukan jawabanya kini cowok yang dimaksud sudah tampak tak jauh dari hadapannya. Melambaikan tangan sambil berjalan menghampiri.
“Pas banget. Jadi loe juga udah mau pulang nie?” Tanya reno tersenyum manis.
Anggi membalas dengan anggukan. Ekor matanya melirik sekilas kearah Irma yang terlihat sama sekali tak berkedip menatap kearah wajah Reno yang jelas-jelas sama sekali tidak menoleh. Karena saat ini reno memang sedang menatapnya.
“Ehem, gini Ren. Sory yah. Tapi gue engga bisa jalan bareng loe. Gue lupa, gue ada janji  sama si Rendi. sepupu gue yang baru pulang dari luar negeri.yang gue ceritaiin kemaren dulu itu lho” Kata anggi sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
“Jadi…. Kita engga jadi jalan nie. Yah ,padahal kan pembukaanya hari ini” kata reno terlihat kecewa.
“Nah , kalau soal itu loe tenang aja. Kebetulan Irma juga pengen kesana. Loe pergi bareng dia aja”.
“Ha?” Reno menatap tak percaya.
Sementara Reno sendiri terlihat serba salah. Perhatian Reno kemudian teralihkan kearah Irma yang terlihat begitu manis.
“Loe engga keberatan kan pergi bareng gue?” Tanya Irma kearah Reno.
Reno tidak segera menjawab. Sekilas ia melirik kearah Anggi yang tampak menunduk. Dihelanya nafas untuk sejenak sebelum kemudian menjawab.
“Tentu saja tidak kalau begitu ayo kita pergi bareng”
Mendengar kalimat barusan Anggi langsung mendongkak. Menatap tak percaya kearah reno yang kini sedang menatap Irma sambil tersenyum. Anggi merasakan dadanya begitu sesak. Ia merasa begitu sulit untuk bernafas jujur ia merasa sangat kecewa. Kenapa reno begitu cepat menetujuinya.
“Sorry nggi, gue duluan” Balas Reno lagi sambil mengajak Irma berlalu pergi. Sama sekali tak menoleh ke Anggi , apalagi sekedar untuk mendengar balasannya.
“Daah anggi” Pamit Irma sambil melambaikan tangannya. Anggi masih terpaku tempat. Menatap kepergian kedua orang ‘Sahabatnya’ yang terus melangkah menjauh. Dengan cepat tangannya terangkat mengusap wajah. Matanya terasa perih tapi sebisa mungkin ditahannya. Ia sama sekali tidak punya alasan  untuk menangis bukan?
Sesekali Anggi mengintip dari balik gorden jendela rumah. Ia pasang telinganya baik-baik. Bahkan ia sampai hanya satu untuk volume tvnya. Sejak sepulang kuliah tadi ia menunggu bahkan sudah hampir jam 18.00 sore ia masih belum melihat kemunculan Reno dihalaman rumahnya. Apa mungkin seasick itu acara jalan-jalan mereka .
Berpertepatan dengan suara adzan magrib dari mushola yang tak jauh dari rumahnya, telinga Anggi menangkap suara mesin  motor yang sudah sangat familiar. Sepertinya reno baru pulang. Anggi segera bangkit berdiri. Tapi tentu saja bukan untuk menghampiri reno melainkan beranjak kekamar mandi, mengambil wudhu.
Keesokan harinya Anggi sengaja bangun lebih pagi dari biasanya setelah siap-siap untuk kuliah ia segera duduk dibangku dibawah pohon jambu depan rumah. Menanti reno tetangganya depan rumah tumpangan gratis sejak jaman antah berantah. Saat melihat reno melawati pagar rumahnya, Anggi segera berdiri, melangkah menghampiri dengan senyuman dibibir. Namun senyum itu langsung lenyap mendengar kalimat yang keluar dari mulut reno untuk pertama kalinya.
“Nggi, sorry yah hari ini gue nggak bisa bareng ama loe. Kemaren gue udah janji sama Irma”.
“Ohh…” Anggi menghentikan langkahnya . jelas raut kecewa terpancar diwajahnya.
“Loe nggak papa kan?”.
Soalnya kemaren membatalkan janji secara sepihak tanpa alasan yang jelas tentu sangat menyebalkan bukan?” Tanya Reno lagi.
Anggi terdiam dengan wajah menunduk. Jujur ia sangat kaget mendengar ucapan Reno barusan jelas ia sangat tersindir dihelanya nafas untuk sejenak sebelum mulutnya terbuka untuk menjawab.
“Gue nggak papa koq. Gue bisa naik bus. Yaudah loe pergi aja. Kasian Irma kalau harus nunggu lama”.
Anggi berusaha tersenyum mengubur dalam-dalam rasa kecewa yang jelas dirasakannya.
“Oh, yaudah kalau begitu sorry gue duluan ya” pamit reno.
Anggi hanya membalas dengan anggukan .
Dengan cepat Reno melajukan motornya sesekali ia menatap kearah kaca spion motornya. Menatap anggi yang terpaku. Dihelanya nafas untuk sejenak. Jelas merasa kecewa karena gadis itu sama sekali tidak mencegahnya.
“Dasar bodoh apa yang telah dia lakukan”?.
Anggi masih berdiri terpaku menatap reno yang semakin menjauh. Dengan langkah berat ia berbalik tiba-tiba ia merasa malas untuk ke kampus. Terserah hari ini mau kemana pun !!!.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar