Dalam
Diam Aku Mencintaimu
Karya
: Kholilatun Hasanah
Kelas : XXI ips 2
“Door”
“huuaaa!!!!”
Anggi menjerit sekencang-kencang saat ada orang yang menganggetkannya disusul
suara gelak tawa.
“Ha
ha ha ha, kaget yah loe”. “Reno….., Berhentiii untuk ngagetin gue” Geram Anggi
sambil ngelus dada.
Matanya
menyipit menatap kearah sosok yang lebih akrab di panggil Reno yang kini masih
tampak berusaha menahan tawanya.
“kayanya
loe seneng banget yah, kalau gue sampe mati muda gara-gara dikagetin loe mulu”.
“Jangan
lebaaay. Loe ga ngidap lemah jantung jadi gimana cerita nya bisa mati muda”
Cibir Reno.
Dan
sebelum mulut Anggi terbuka ia sudah terlebih dahulu memotongnya.
“Loe
pasti udah nungguin gue kan . Yaudah kalau gitu kita berangkat”.
Walau
masih kesel tak urung Anggi mengangguk ngangguk. Memang sudah hampir 15 menit
ia menunggu Reno sebelum dikagetkan dengan tiba-tiba saat ia sedang
memperhatikan tanaman cabenya yang berdaun kriting (???).Biasanya mereka memang
pulang pergi kuliah bareng. Kebetulan selain sekampus mereka juga tetanggaan.
Sepanjang
perjalanan tak henti mereka bercanda tawa. Reno memang asyik diajak
ngobrol.Ditambah lagi mereka sudah bersahabat sejak kecil. Tak heran keduanya
terlihat begitu akrab.
“Oh
ya, hari ini loe masuk berapa mata kuliah?” Tanya Reno sambil melepaskan
helmnya. Saat itu mereka memang sudah sampai dihalaman parker kampus.
“Dua
, loe?”
“Sama,
ya udah kalau gitu entar habis kuliah kita jalan yuk.Hari ini ada pembukaan
pasar hiburan dilapangan”.
Anggi
terdiam. Pasang wajah sok mikir.Jalan bareng sama Reno?.Asik juga ,walau Reno
notabenenya sahabat, tapi kan selama ini dia menyukainya diam-diam. Dan kali
ini dia diajak jalan,itu termasuk kencan bukan sih?.Tanpa sadar bibirnya
membentuk senyuman samar.
“Enggak
usah kelamaaan mikir.Entar loe tunggu gue disini.Kita jalan titik!” Tandas reno
tegas.
Kali
ini tanpa pikir panjang Anggi langsung mengangguk. Membuat Reno ikutan
tersenyum sebelum benar-benar berlalu.kebetulan kelas mereka berlawanan arah.
“Ehem,kayaknya
ada yang lagi seneng nie?” Anggi menoleh, mendapati Irma yang kini telah duduk
disampingnya.Menyadari sahabatnya itu sedang berkata padanya Anggi hanya mampu
membalas dengan senyuman kaku.
“Ada
apa nie.Cerita dong”.
Kali
ini Anggi hanya menggeleng.Irma sedikit kecewa,tapi ia tidak berniat untuk
mendesaknya lebih lanjut dan memilih mengalihkan pembicaraan .
“Oh
ya nggi, Tadi loe pergi bareng siapa ?”
“Reno”
Balas Anggi santai tanpa meperhatikan wajah Irma yang jelas terlihat antusias.
“Ehem
,sebenernya loe punya hubungan apa sih ama tuh orang?”.
“He?”
Reflek Anggi menoleh.Menatap lurus kearah Irma yang kini juga sedang menatapnya
lurus.
“Loe
pacaran ya sama dia?.Abis gue liat loe selalu bareng ama dia”selidik Irma lagi.
“Ha?.
Ya engga lah. Apaan si loe. Loe kan tau gue itu Cuma tetanggaan ama dia”.
“Beneran?”
Tanpa
ragu Anggi mengangguk cepat.Gantian dia yang merasa heran saat melihat senyum
lega terukir diwajah Irma .
“Kalau
gitu loe bisa bantuin gue kan?” Tanya Irma penuh harap.
“Bantuin?.
Bantuin apa?” Tanya Anggi sambil mengalihkan tatapannya dari Irma. Tangannya
mengeluarkan buku dari dalam tas.Makin heran kenapa ada komik sincan ?.Otaknya
segera berfikir , apa ini punya adiknya yah?. Tapi kok bisa nyasar didalam
tasnya?.
“Gue
suka sama Reno “.
Komik
sincan yang sedari tadi dibolak balik anggi langsung jatuh dimeja . Dia segera
menatap Irma yang tampak menunduk malu, tak menyadari ekspresi shok diwajah
sahabatnya akan ucapan yang baru saja keluar dari mulutnya.
“karena
itu , gue mau minta bantuan ama loe, loe kan temennya dia. Gue juga temennya
loe kan?.Jadi gimana kalau loe jadi mak comblang kita?”.
Anggi
terdiam terpaku. Dia tidak salah dengarkan ?. Irma memintanya menjadi mak
comblang untuk hubungannya dengan Reno yang jelas-jelas sudah ditaksir olehnya sejak
lama . Tidak,tidak. Kata ‘naksir’ sepertinya kurang tepat . Ini bahkan lebih
dari itu. Dia dengan sadar menyadari kalau ia jatuh cinta pada tetangga
rumahnya.
“Loe
mau kan bantuin gue?” Tanya Irma sambil mengangkat wajahnya. Tersenyum harap
pada anggi.
“Gue…..”.
“Sstt…
kita ngobrolnya entar aja. Pak Alvino masuk” potong Irma sambil mengarahkan
telunjuknya kearah pintu.
Irma
terdiam. Bingung dengan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.bahkan telinganya
sama sekali tak mampu menangkap apa yang diajarkan pak Alvino. Dosen sastra
idola kampusnya. Pikiranya terfokus pada permintaan Irma . Ya tuhan , apa yang
harus aku lakukan ?.
Dengan
lemas anggi melangkah beriringan bersama Irma yang kini tersenyum lebar. Tadi
seusai pak Alvino keluar dari kelasnya Irma kembali membujuknya .Bahkan ia sama
sekali tidak sadar kalau kepala nya mengangguk menyetujui hingga membuatnya
kini penyesalan tiada henti. Ia juga
bingung apa yang harus ia katakan pada reno nantinya. Mana mereka rencananya hari ini mau jalan bareng lagi.
Dan belum sempat ia menemukan jawabanya kini cowok yang dimaksud sudah tampak
tak jauh dari hadapannya. Melambaikan tangan sambil berjalan menghampiri.
“Pas
banget. Jadi loe juga udah mau pulang nie?” Tanya reno tersenyum manis.
Anggi
membalas dengan anggukan. Ekor matanya melirik sekilas kearah Irma yang
terlihat sama sekali tak berkedip menatap kearah wajah Reno yang jelas-jelas
sama sekali tidak menoleh. Karena saat ini reno memang sedang menatapnya.
“Ehem,
gini Ren. Sory yah. Tapi gue engga bisa jalan bareng loe. Gue lupa, gue ada
janji sama si Rendi. sepupu gue yang
baru pulang dari luar negeri.yang gue ceritaiin kemaren dulu itu lho” Kata
anggi sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
“Jadi….
Kita engga jadi jalan nie. Yah ,padahal
kan pembukaanya hari ini” kata reno terlihat kecewa.
“Nah
, kalau soal itu loe tenang aja. Kebetulan Irma juga pengen kesana. Loe pergi
bareng dia aja”.
“Ha?”
Reno menatap tak percaya.
Sementara
Reno sendiri terlihat serba salah. Perhatian Reno kemudian teralihkan kearah
Irma yang terlihat begitu manis.
“Loe
engga keberatan kan pergi bareng gue?” Tanya Irma kearah Reno.
Reno
tidak segera menjawab. Sekilas ia melirik kearah Anggi yang tampak menunduk.
Dihelanya nafas untuk sejenak sebelum kemudian menjawab.
“Tentu
saja tidak kalau begitu ayo kita pergi bareng”
Mendengar
kalimat barusan Anggi langsung mendongkak. Menatap tak percaya kearah reno yang
kini sedang menatap Irma sambil tersenyum. Anggi merasakan dadanya begitu
sesak. Ia merasa begitu sulit untuk bernafas jujur ia merasa sangat kecewa.
Kenapa reno begitu cepat menetujuinya.
“Sorry
nggi, gue duluan” Balas Reno lagi sambil mengajak Irma berlalu pergi. Sama
sekali tak menoleh ke Anggi , apalagi sekedar untuk mendengar balasannya.
“Daah
anggi” Pamit Irma sambil melambaikan tangannya. Anggi masih terpaku tempat.
Menatap kepergian kedua orang ‘Sahabatnya’ yang terus melangkah menjauh. Dengan
cepat tangannya terangkat mengusap wajah. Matanya terasa perih tapi sebisa
mungkin ditahannya. Ia sama sekali tidak punya alasan untuk menangis bukan?
Sesekali
Anggi mengintip dari balik gorden jendela rumah. Ia pasang telinganya
baik-baik. Bahkan ia sampai hanya satu untuk volume tvnya. Sejak sepulang
kuliah tadi ia menunggu bahkan sudah hampir jam 18.00 sore ia masih belum
melihat kemunculan Reno dihalaman rumahnya. Apa mungkin seasick itu acara
jalan-jalan mereka .
Berpertepatan
dengan suara adzan magrib dari mushola yang tak jauh dari rumahnya, telinga
Anggi menangkap suara mesin motor yang
sudah sangat familiar. Sepertinya reno baru pulang. Anggi segera bangkit
berdiri. Tapi tentu saja bukan untuk menghampiri reno melainkan beranjak
kekamar mandi, mengambil wudhu.
Keesokan
harinya Anggi sengaja bangun lebih pagi dari biasanya setelah siap-siap untuk kuliah
ia segera duduk dibangku dibawah pohon jambu depan rumah. Menanti reno
tetangganya depan rumah tumpangan gratis sejak jaman antah berantah. Saat
melihat reno melawati pagar rumahnya, Anggi segera berdiri, melangkah
menghampiri dengan senyuman dibibir. Namun senyum itu langsung lenyap mendengar
kalimat yang keluar dari mulut reno untuk pertama kalinya.
“Nggi,
sorry yah hari ini gue nggak bisa bareng ama loe. Kemaren gue udah janji sama
Irma”.
“Ohh…”
Anggi menghentikan langkahnya . jelas raut kecewa terpancar diwajahnya.
“Loe
nggak papa kan?”.
Soalnya
kemaren membatalkan janji secara sepihak tanpa alasan yang jelas tentu sangat
menyebalkan bukan?” Tanya Reno lagi.
Anggi
terdiam dengan wajah menunduk. Jujur ia sangat kaget mendengar ucapan Reno
barusan jelas ia sangat tersindir dihelanya nafas untuk sejenak sebelum
mulutnya terbuka untuk menjawab.
“Gue
nggak papa koq. Gue bisa naik bus. Yaudah loe pergi aja. Kasian Irma kalau
harus nunggu lama”.
Anggi
berusaha tersenyum mengubur dalam-dalam rasa kecewa yang jelas dirasakannya.
“Oh,
yaudah kalau begitu sorry gue duluan ya” pamit reno.
Anggi
hanya membalas dengan anggukan .
Dengan
cepat Reno melajukan motornya sesekali ia menatap kearah kaca spion motornya.
Menatap anggi yang terpaku. Dihelanya nafas untuk sejenak. Jelas merasa kecewa
karena gadis itu sama sekali tidak mencegahnya.
“Dasar
bodoh apa yang telah dia lakukan”?.
Anggi
masih berdiri terpaku menatap reno yang semakin menjauh. Dengan langkah berat
ia berbalik tiba-tiba ia merasa malas untuk ke kampus. Terserah hari ini mau
kemana pun !!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar