Debus Banten
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukkan kemampuan
manusia yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras dan
lain- lain. Kesenian ini berawal pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692), debus menjadi sebuah alat untuk
memompa semangat juang rakyat Banten melawan penjajah Belanda pada masa
itu.
Debus merupakan pertunjukan seni secara berkelompok dengan
jumlah pemain sebanyak 12 sampai 15 orang, yang masing-masing
mempunyai tugas sebagai berikut :
1.
1 orang juru gendang.
2.
1 orang penabuh tembang.
3.
2 orang penabuh dogdog tingtit.
4.
1 orang penabuh kecrek.
5.
4 orang sebagai penzikir.
6.
5 orang pemain atraksi.
7.
1 orang sebagai sychu.
Dalam pelaksanaan pertunjukkan debus, sebagai seni pertunjukan
pada umumnya ada juga kegiatan-kegiatan atau pertunjukan-pertunjukan lainnya
sebagai berikut:
1. Pembukaan, sebelum acara resmi
dimulai beberapa lagu tradisional dimainkan sebagai lagu pembukaan (gembung).
- Zikir.
- Beluh atau macapat, puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
- Pencak silat, dilakukan oleh satu atau dua pemain dengan atau tanpa menggunakan senjata tajam.
- Permainan debus. Seorang pemain memegang alat debus (kecil) dan ujungnya yang runcing ditempelkan ke perut. Seorang pemain lain memegang kayu pemukul atau gada yang lalu dipukulkan kuat-kuat pada tangkai debus. Pukulan dilakukan berkali-kali dan ternyata tidak melukai. Posisinya tidak hanya berdiri saja, atau pada perut saja tetapi juga dengan merebahkan diri dan pada bagian-bagian tubuh yang lain. Debus yang besar biasanya untuk main syeh atau ketua debus sendiri. Bila terjadi kecelakaan atau pemain terluka, biasanya segera disembuhkan oleh syeh.
- Menusukkan jarum kawat ke lidah, kulit pipi atau anggota tubuh lainnya hingga tembus tanpa mengeluarkan darah.
7. Menusuk perut dengan tombak atau
senjata tajam lainnya tanpa terluka.
- Mengerat atau menoreh tubuh. Dengan senjata tajam (golok, pisau) perut, lengan, paha bahkan lidah ditoreh atau dipotong.
- Mengupas buah kelapa menggunakan gigi dan memecahnya dengan dibenturkan pada kepala sendiri.
- Dengan obor menyala seorang pemain membakar tubuhnya.
- Memakan api
- Berjalan-jalan diatas bara tanpa luka bakar sedikit pun.
- Menggoreng telur dan kerupuk di atas kepala.
- Makan kaca atau bola lampu listrik.
- Bergulingan di atas serpihan kaca atau beling.
- Memanjat tangga yang anak tangganya adalah golok-golok tajam.
17. Menyiram tubuh dengan air keras
hingga pakaian yang dikenakan hancur lumat namun kulit tetap utuh.
18. Diakhiri
dengan Gemrung, yaitu permainan
alat-alat musik tetabuhan.
Referensi:
http://pandoe.rumahseni2.net/nusantara/banten/debus-banten/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar