TetanggaAda banyak hal yang bisa memicu munculnya ketidakbahagiaan
dalam diri. Salah satu penyebabnya adalah terkadang kita gemar sekali
membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Padahal, dibalik
semua itu, Tuhan telah menentukan jalan takdir kita masing-masing. Kita
semua berproses, dan setiap prosesnya tentu tidak akan pernah sama satu
dengan lainnya.
Kita seringkali berusaha membandingkan hidup lantaran melihat bahwa
hidup orang lain kok sepertinya lebih hidup dari hidup kita. Kita mulai
membanding-bandingkan banyak hal, mulai dari hal-hal kecil hingga
hal-hal yang besar. Secara tidak langsung, ini juga mempengaruhi kadar
syukur kita terhadap Tuhan sang maha pemberi hidup. Kita menjadi orang
yang demikian menuntut dan mengeluh.
Ada juga pepatah yang mengatakan bahwa rumput tetangga selalu tampak
lebih hijau dari rumput sendiri. Ini bukan apa-apa, tapi, bagi saya
pribadi, pepatah seperti ini muncul karena pasti ada sebuah kesalahan.
Dan kesalahannya adalah, kita seringkali terlalu jauh melihat ke dunia
luar. Kita jarang berkunjung ke dalam dunia kita, diri sendiri.
Kalau Anda melihat rumput tetangga serasa jauh lebih hijau dari
rumput sendiri, itu karena, boleh jadi Anda terlalu fokus memperhatikan
hijaunya rumput tetangga sebelah, sampai-sampai lupa merawat rumput
halaman sendiri. Saking fokusnya, kita sampai lupa menyiraminya jika
mulai kering, memotongnya jika dirasa sudah terlalu panjang, sehingga
tak sedap dipandang mata. Sesekali sepertinya kita harus bercermin!
Sebenarnya apa ya, ini hanya sebuah perumpamaan saja. Tentu kita
semua pernah mendengar sebuah pepatah yang menyebutkan bahwa,
kebahagiaan tidak akan pernah kita dapatkan ketika kita masih terlalu
fokus pada dunia luar ketimbang fokus pada sebuah dunia yang ada di
dalam diri kita sendiri. Kurang lebih intinya adalah, kita terlalu fokus
melihat kehidupan orang lain.
Nah, karena sering melihat kehidupan orang lain, kita lupa pada hidup
kita sendiri. Dan pada akhirnya, ya seperti yang sudah saya singgung
diatas tadi. Semua kehidupan orang lain tampak jauh lebih baik dan indah
dari pada kehidupan kita sendiri. Terus begitu terus, seperti tak ada
habisnya. Melihat orang lain bahagia, alih-alih merasa turut bahagia,
kadang justru iri dengki yang muncul.
Kejadian demi kejadian seperti ini, banyak terjadi di sekitar kita.
Hanya saja, sangat jarang disadari. Bahkan, oleh diri kita sendiri.
Apalagi melihat perkembangan zaman yang kian meroket sekarang ini,
ditambah kian banyak orang yang aktif di sosial media, banyak
orang-orang berusaha untuk memberitahukan semua pencapaian hidupnya
dengan dalih sebuah aktualisasi diri.
Dan jika kita tidak hati-hati, penggunaan sosial media bisa berdampak
buruk pada kehidupan kita. Sebagai contoh, suatu ketika kita melihat
status teman yang sering sekali mengunggah foto-foto travelling atau
foto-foto liburannya di sosial media, sedangkan kita sendiri, justru
lebih sering teronggok dan membusuk oleh banyaknya rutinitas yang sangat
membosankankan. Kira-kira apa yang terjadi?
Secara manusiawi, orang-orang seperti kita tentu akan langsung
berusaha mengkomparasikan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain
tersebut. Dan akhirnya depresi, merasa hidup kita membosankan, merasa
rendah diri, dan merasa perlu dikasihani. Padahal, ketika kita
mengeluhkan soal hidup kita yang membosankan, disaat yang bersamaan,
kita tidak tahu ada berapa banyak orang yang justru menginginkan
kehidupan yang sedang kita jalani. Hidup itu, sawang sinawang kalau kata
orang Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar