Keraton Surosowan Banten
Keraton Surosowan adalah tempat
kediaman sultan Banten. Keraton ini dikelilingi oleh tembok perbentengan setinggi
2 meter yang luasnya sekitar 4 hektar. Keadaan keraton ini sekarang sudah
hancur, yang masih nampak hanya sisa bangunannya saja yang berupa
pondasi-pondasi serta tembok-tembok yang sudah rusak.
Keraton Surosowan ini dibangun pada
tahun 1552 oleh raja Banten pertama, yaitu Maulana Hasanuddin (1526-1570). Sedangkan
tembok benteng yang disusun dari batu bata dan batu karang dibangun oleh raja
Banten kedua, yaitu Maulana Yusuf (1570-1580). Pada masa pemerintahan Sultan
Haji (1672-1687), benteng tersebut kemudian dirubah bentuknya dan ditambah
dengan tembok batu karang di bagian luarnya oleh seorang arsitek Belanda yang memeluk
Islam dan diberi gelar Pangeran Wirguna, Hendrik Lucasz Cardeel, sehingga benteng
tersebut nampak lebih kuat dan kekar.
Keraton Surosowan ini telah
mengalami penghancuran berkali-kali. Kehancuran total yang pertama kali terjadi
pada tahun 1680, yaitu ketika perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan pihak VOC yang dibantu oleh putra mahkota Sultan Haji. Akibat perang
ini, Keraton Surosowan dihancurkan oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Setelah Sultan Haji dinobatkan
menjadi raja Banten menggantikan ayahnya, ia meminta bantuan Hendrik Lucasz
Cardeel, untuk membangun kembali keraton tersebut. Cardeel meratakan dan
kemudian membangunnya kembali di atas puing-puing reruntuhan keraton.
Kehancuran keduakalinya dan merupakan
yang terparah terjadi pada tahun 1813, yaitu ketika Gubernur Jendral Belanda,
Herman Daendels, memerintahkan penghancuran keraton tersebut karena Sultan
Banten yang terakhir, Sultan Rafiuddin, tidak mau tunduk kepada Belanda. Akibat
penghancuran ini, bangunan keraton tersebut tidak tersisa sedikitpun. Kemudian
keraton tersebut ditinggalkan oleh para penghuninya.
Keraton Surusowan memiliki tiga pintu
gerbang yang terletak di sisi timur, utara, dan selatan. Tetapi, pintu gerbang
yang terletak di sisi selatan telah ditutup dengan tembok dan belum diketahui
sebabnya.
Pada bagian tengah keraton tersebut terdapat
sebuah kolam bekas “pemandian sultan” dan beberapa kolam lainnya yang dinamai rara denok dan pancuran mas, yang airnya dialirkan
dari Tasikardi, danau buatan
yang terdapat di sebelah selatan Keraton Surosowan, yang sekarang berisi air
berwarna hijau, dan sudah dipenuhi ganggang dan lumut.
Referensi:
https://ciomasblog.wordpress.com/2013/04/26/sejarah-keraton-surosowan-banten/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar