Morfofonemik (disebut juga morfonologi atau
morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau perubahan
fonem sebagai akibat dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses
reduplikasi, maupun proses komposisi.
Berikut akan dibicarakan beberapa jenis perubahan
fonem dan bentuk-bentuk morfofonemik pada beberapa proses morfologi.
1)
Jenis
Perubahan
Dalam
bahasa Indonesia ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses
morfologi ini. Diantaranya adalah proses :
a) Pemunculan
fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi yang pada mulanya
tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefix me- pada dasar baca akan
memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak ada.
b) Pelepasan
fonem, yakni hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi. Misalnya, dalam
proses pengimbuhan prefix ber- dilesapkan.
Juga, dalam proses pengimbuhan “akhiran” wan
pada dasar sejarah, maka fonem
/h/ pada dasar sejarah itu
dilesapkan. Contoh lain, dalam proses pengimbuhan “akhiran” –nda pada dasar anak, maka fonem /k/ pada dasar itu menjadi lesap atau dihilangkan.
c) Peluluhan
fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain dalam
suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat
itu diluluhkan dan disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada
prefiks me- itu. Juga terjadi pada
proses pengimbuhan prefiks pe.
d) Perubahan
fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat terjadinya
proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan prefiks ber- pada dasar ajar terjadi
perubahan bunyi, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/.
e) Pergeseran
fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam suku
kata yang lainnya. Umpamanya, dalam pengimbuhan sufiks –I pada dasar lompat, terjadi
pergeserab dimana fonem /t/ yang semula berada pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti.
Demikian
juga dalam pengimbuhan sufiks –an pada
dasar jawab. Disini fonem /b/ yang
semula berada pada suku kata wab berpindah
menjadi berada pada suku kata ban.
2)
Morfofonemik dalam Pembentukan
Kata Bahasa Indonesia
Morfofonemik
dalam pembentukan kata bahasa Indonesia terutama terjadi dalam proses afiksasi.
Dalam proses reduplikasi dan komposisi hamper tidak ada. Dalam proses afiksasi
pun terutama, hanya dalam prefiksasi ber-,
prefiksasi me-, prefiksasi pe-, prefiksasi per-, konfeksasi pe-an, konfeksasi
per-an, dan sufiksasi –an.
a) Prefikasi
ber-
Morfofonemik dalam
proses pengimbuhan prefiks ber- berupa
: pelepasan fonem /r/ pada prefiks ber- itu,
perubahan fonem /r/ pada prefiks ber- itu
menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ yang terdapat prefiks ber itu.
(1) Pelepasan
fonem /r/ pada prefiks ber- itu
terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi mulai dengan fonem /r/, atau suku
pertama bentuk dasarnya berbunyi [er].
(2) Perubahan
fonem /r/ pada prefiks ber- menjadi
fonem /l/ terjadi bila bentuk dasarnya akar ajar,
tidak ada contoh lain.
(3) Pengekalan
fonem /r/ pada prefiks ber- tahap /r/
terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada (1) dan (2) di atas.
b) Prefiksasi
me- (termasuk klofiks me-kan dan
me-i)
Morfofonemik dalam
proses pengimbuhan dengan prefiks me- dapat
berupa pengekalan fonem, penambahan fonem, dan peluluhan fonem.
(1) Pengekalan
fonem disini artinya tidak ada fonem yang berubah, tidak ada yang dilepaskan
dan tidak ada yang ditambahkan. Hal ini terjadi apabila bentuk dasarnya diawali
dengan konsonan /r, l, w, m, n, ng, dan ny/.
(2) Penambahan
fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk
dasarnya dimulai dengan konsonan /b/ dan /f/. umpamanya.
Me
+ baca à membaca
Penambahan
fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /d/.
umpamanya.
Me
+ dengar à mendengar
Penambahan
fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan /g, h,
kh, a, l, u, e, dan o/. Contoh :
Me
+ goda à menggoda
Penambahan
fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya hanya terdiri dari sati kata.
Misalnya:
Me
+ cat à mengecat
(3) Peluluhan
fonem terjadi apabila prefiks me- diimbuhkan
pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan r/. dalam
hal ini konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan
dengan nasal /ng/. konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/
diluluhkan dengan nasal /n/. Misalnya:
Me + dengar à mendengar
c) Prefiksasi
pe- dan konfiksasi pe-an
Morfofonemik dalam
proses pengimbuhan dengan prefiks pe- dan
konfiks pe-an sama dengan
morfofonemik yang terjadi dalam proses pengimbuhan dengan me-, yaitu pengekalan fonem, penambahan fonem dan peluluhan fonem.
(1) Pengekalan
fonem, artinya tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya
diawali dengan konsonan /r, l, y, m, n, ng, dan ny/.
(2) Penambahan
fonem, yakni penambahan fonem nasal /m, n, ng, dan nge/ antara prefiks dan
bentuk dasar. Penambahan fonem nasal /m/ terjadi apabila bentuk dasarnya
diawali oleh konsonan /b/.
(3)
Penambahan fonem nasal
/n/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali oleh konsona /d/.
(4) Penambahan
fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya diawali dengan konsonan /g, h,
kh, a, l, u, e, dan o/.
(5) Penambahan
fonem nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya berupa bentuk dasar satu
suku.
(6) Peluluhan
fonem, apabila prefiks pe- (atau pe-an) diimbuhkan pada bentuk dasar yang
diawali dengan konsonan bersuara /s, k, p, dan t/. Dalam hal ini konsonan /s/
diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/ diluluhkan dengan nasal /ng/,
konsonan /p/ nasal /n/. Perifikasi per- dan
konfiksasi per-an
Morfofonemik dalam
pengimbuhan prefiks per- dan konfiks per-an dapat berupa pelepasan fonem /r/
pada prefiks per- itu, perubahan
fonem /r/ dari prefiks per-an itu
menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ tetap /r/.
(1) Pelepasan
fonem /r/ terjadi apabila bentuk daasrnya dimulai dengan fonem /r/ atau suku
pertamanya /er/.
(2) Perubahan
fonem /r/ menjadi /l/ terjadi apabila bentuk dasarnya berubah kata ajar.
(3) Pengekalan
finem /r/ terjadi apabia bentuk dasarnya bukan yang disebabkan pada a dan b di atas. Contoh :
d) Sufiksasi
–an
Morfofonemik dalam
pengimbuhan sufiks –an dapat berupa
permunculan fonem dan pergeseran fonem.
(1) Pemunculan
fonem, ada tiga macam fonem yang dimunculkan dalam pengimbuhan ini, yaitu fonem
/w/, fonem /y/, dan fonem glottal /?/. Pemunculan fonem /w/ dapat terjadi
apabila sufiks –an
(2) Pergeseran
fonem, terjadi apabila sufiks –an itu
diimbuhkan pada bentuk dasar yang berakhiran dengan sebuah konsonan. Dalam
pergeseran ini, konsonan tersebut bergeser membentuk suku kata baru dengan
sufuk –an tersebut.
e) Prefiksasi
ter-
Morfofonemik dalam
proses pengimbuhan dengan prefiks ter- dapat
berupa pelepasan fonem /r/ dari prefiks ter-
itu, perubahan fonem /r/ dari prfiks ter-
itu menjadi fonem /l/, dan pengekalan fonem /r/ itu.
(1) Pelepasan
fonem dapat terjadi apabila prefiks ter- itu
diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /r/.
(2) Perubahan
fonem /r/ pada prefiks ter- menjadi
fonem /l/ terjadi apabila prefiks ter- itu
diimbuhkan pada bentuk dasar anjur.
(3)
Pengekalan fonem /r/
pada prefiks ter- tetap menjadi /r/
apabila prefiks ter- itu diimbuhkan
pada bentuk dasar yang bukan disebutkan pada a dan b diatas.